Angka obesitas di kalangan anak di Indonesia menunjukkan tren meningkat. Salah satu faktornya karena meningkatkan kondisi ekonomi keluarga, yang berimplikasi semakin mudahnya akses pada berbagai bentuk macam makanan, terutama yang tinggi kandungan lemak dan gula.
Faktor lainnya, sekarang banyak anak yang menghabiskan waktunya bersama perangkat (gadget) atau video game. Disisi lain, tidak sedikit orangtua yang senang anaknya gemuk atau chubi.
Penyebab lainnya obesitas (kelebihan berat badan) pada anak karena faktor keturunan. Resiko obesitas bisa meningkat pada anak yang memiliki orangtua yang juga mengalami obesitas.
Penyebab paling utama anak obesitas adalah pola makan, beberapa makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak memberikan dampak kegemukan, termasuk coklat, permen, minuman dan makanan tinggi gula, junk food, keju, dll.
Faktor Psikologis Juga Bisa Menjadi Penyebab
Obesitas yang dialami oleh anak-anak atau remaja terkadang terjadi karena mereka menjadikan makanan sebagai pelarian dari rasa putus asanya (frustrasi), baik itu karena masalah pelajaran sekolah atau masalah lainnya.
Cara Mengetahui Obesitas pada Anak
Masalah obesitas pada anak mudah dikenali. Beberapa gejala klinis mudah terlihat seperti tinggi dan berat badan yang tidak seimbang, ukuran penis yang terlihat kecil (karena tenggelam akibat jaringan lemak di sekitar penis yang meninggi), kemudian penumpukan lemak di sekitar perut dan sekitar dada.
Pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, rendahnya kontrol orang tua terhadap makanan yang dikonsumsi anak, menjadi faktor dominan anak terkena obesitas. Obesitas bisa dicegah.
Obesitas pada anak bahayanya tidak hanya meningkatkan risiko penyakit kronis. Anak yang obesitas juga rentan mengalami masalah secara sosial dan emosional.
Sehingga masalah obesitas tidak boleh dianggap sepele, kegemukan pada anak menimbulkan beberapa masalah serius, berikut penjelasannya:
(MASALAH PADA FISIK)
#1. Diabetes Tipe 2
Obesitas pada anak banyak terjadi karena pola makan berlebihan, termasuk konsumsi makanan dan minuman manis yang terlalu banyak.
Diabetes tipe 2 adalah penyakit kronis yang rentan menyerang anak obesitas. Ilmu kedokteran di Amerika Serikat mengemukakan diabetes tidak hanya berpotensi menyerang orang dewasa tapi juga rentan menyerang anak usia belasan tahun yang mengalami kelebihan berat badan.
Seperti dilansir dari AP, seorang ahli bedah anak di Cincinnati Children’s Hospital Medical Center yaitu D. Thomas Inge, menemukan adanya keterkaitan kelebihan berat badan anak dengan resiko diabetes tipe ke-2.
#2. Gangguan Asma
Anak-anak yang kelebihan berat badan lebih berisiko terserang asma. Hal itu karena kelebihan lemak dalam tubuh dapat berakibat anak rentan mengalami sesak napas
Bobot tubuh berlebihan mendatangkan beban tambahan bagi paru-paru, menyebabkan munculnya gangguan ini.
#3. Sistem Imun Terganggu
Obesitas meningkatkan resiko inflamasi. Dimana masalah inflamasi bisa mempengaruhi otak yang membuat suasana hati mudah berubah (bad mood) dan rentan stres, gangguan psikis ini dapat mempengaruhi (menurunkan) tingkat kekebalan tubuh.
#4. Kolesterol dan Tekanan Darah Tinggi
Konsumsi makanan secara berlebihan ataupun konsumsi makanan yang tidak sehat, tinggi lemak, tinggi kandungan gula dll bisa mengakibatkan anak beresiko terhadap tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
Hal itu karena terjadinya penumpukan plak di pembuluh darah karena juga menumpuknya lemak di dalam tubuh. Penumpukan plak ini jika berlangsung terus-menerus membuat penumpukan tersebut masuk ke tahap mengeras dan akhirnya menyumbat pembuluh darah, itu artinya peningkatan resiko serangan jantung dan stroke.
Obesitas dapat menyebabkan arteri karotis dan kolesterol tidak normal, karena kondisi di dalam darah terdapat banyak lemak sehingga membahayakan pembuluh darah.
Orang yang mengalami obesitas juga berpotensi mengalami anoreksia, gangguan hati, infeksi kulit, asma serta gangguan pernafasan secara umum.
#5. Perlemakan Hati Non-Alkohol
Perlemakan hati non-alkohol merupakan penyakit organ hati akibat kondisi kegemukan yang dialami, dan bukan karena konsumsi alkohol. Penyakit ini mengakibatkan jaringan parut dan kerusakan hati.
#6. Pubertas Dini
Obesitas juga mengakibatkan anak mengalami ketidakseimbangan hormon, hal ini jarang dibahas. Akibat kondisi ketidakseimbangan hormon membuat anak bisa mengalami pubertas dini, seperti menstruasi lebih awal dari umumnya yang terjadi.
#7. Gangguan Pernapasan
Anak yang mengalami obesitas lebih rentan terkena masalah gangguan pernapasan. Sehingga anak sering mendengkur saat tidur.
#8. Gangguan Tidur
Masalah obesitas bisa membuat pernapasan anak menjadi tidak normal, seperti yang sering terjadi yaitu mendengkur saat tidur. Kualitas istirahat (tidur) anak menjadi menurun akibat gangguan pada pernapasan-nya ini.
Salah gangguan tidur yang paling dikhawatirkan pada anak obesitas adalah OSA (obstructive sleep apnea), merupakan sebuah kondisi napas berhenti saat tidur yang dapat menyebabkan kematian.
(MASALAH SOSIAL DAN EMOSIONAL)
#9. Merasa Rendah Diri
Tubuh dengan berat berlebihan kerap membuat seseorang menjadi tidak percaya diri di dalam pergaulan sehari-hari. Tidak jarang kita lihat anak obesitas seringkali diledek atau bully di sekolahnya.
Tentunya fenomena seperti ini tidaklah baik, anak sering di-bully akan merasa rendah diri sehingga sulit bisa memunculkan rasa percaya dirinya.
Hingga dampak yang terburuk adalah anak mengalami stres dan depresi, seperti di negara Jepang dimana banyak anak umur sekolah melakukan bunuh diri karena dibully oleh teman-teman di lingkungannya.
#10. Gangguan Perilaku
Anak obesitas lebih berisiko mengalami masalah kecemasan yang berimplikasi pada keterampilan dan prestasinya di sekolahnya. Hal ini terus berimplikasi pada gangguan perilaku anak obesitas sehingga cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
#11. Depresi
Depresi menjadi komplikasi yang sangat serius yang dapat dialami anak obesitas. Tanda-tanda anak yang depresi yaitu sering menangis, hilang semangat secara tiba-tiba, kehilangan minat dalam kegiatannya sehari-hari dan tidur lebih lama (dari waktunya biasanya dia tidur).
Rasa tidak nyaman dan kurang percaya diri membuat anak rentan mengalami depresi, sehingga orang tua perlu mendampingi dan mensupport si Anak.
#12. Prestasi Sekolah Anak Menurun
Sebuah penelitian di Amerika dan Inggris menemukan bahwa obesitas tidak hanya mempengaruhi kesehatan anak, tetapi juga prestasinya di sekolah, terutama pada anak remaja perempuan.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada sekitar 6.000 pelajar di Inggris, membandingkan antara indeks massa tubuh pada para pelajar, dari ketika mereka berusia 11-16 tahun dengan prestasi mereka di sekolah.
Sekitar 71% pelajar memiliki berat badan normal, dan sekitar 15% pelajar mengalami obesitas pada awal penelitian dilakukan.
Para peneliti kemudian memberikan ujian akademis berupa ujian bahasa inggris, matematika, dan ilmu pengetahuan alam sebanyak 3 kali, yaitu saat mereka berusia 11, 13, dan 16 tahun.
Dengan menyingkirkan faktor-faktor resiko lainnya, diantaranya status sosial ekonomi, IQ anak, dan siklus menstruasi, para peneliti menemukan (dari hasil penelitian panjang tersebut) bahwa remaja perempuan yang sudah terkena obesitas ketika berumur 11 tahun memperoleh nilai yang lebih buruk ketika berusia 11, 13, dan 16 tahun dibandingkan remaja yang tidak mengalami obesitas.
Penyebab obesitas menurunkan prestasi sekolah anak (terutama pada remaja perempuan) masih belum bisa dipastikan, dugaan kuat adalah bahwa obesitas mempengaruhi kesehatan mental para remaja.
Utamanya pada anak remaja perempuan yang lebih terpengaruh oleh kondisi berat badannya (yang tidak ideal) dibandingkan anak laki-laki.
Obesitas membuat anak tidak percaya diri, tidak nyaman, tidak mencintai dirinya sendiri, hingga bisa mengalami depresi. Hal ini berefek buruk pada kemampuannya dalam menyerap pelajaran di sekolah, bahkan anak bisa bolos sekolah karena dibully teman-temannya.
#13. Masalah Lainnya
Anak obesitas rentan mengorok dan terbangun pada malam hari, sering mengompol, sering mengantuk pada pagi hari yang membuat porses belajarnya terganggu.
Obesitas juga mengakibatkan komplikasi seperti nyeri abdomen, gangguan fungsi hati, psikososial dan perkembangan seksual. Sampai saat ini belum ditemukan obat-obatan resmi untuk mengatasi ini.
Menurunkan berat badan pada anak obesitas tidak boleh secara drastis, tetap penting memperhatikan diet kalori seimbang sesuai dengan usia dan kondisinya.
Disarankan melakukan aktivitas fisik 20-30 menit per hari (minimal 5 kali seminggu) untuk melakukan jalan-jalan, bersepeda, jogging dll, hal ini berdasarkan apa yang disukai si Anak.
Hendaknya orangtua mengurangi waktu anak menonton televisi dan main gadget. Dorong anak untuk melakukan aktivitas gerak, tetapi jangan berlebihan juga karena malah menimbulkan efek negatif.
Ukur Tingkat Kegemukan Berat Badan dengan Teknologi IMT
IMT merupakan pengukuran untuk menentukan apakah berat badan seseorang diklasifikasikan sebagai berat badan di bawah normal, normal (ideal), kelebihan berat badan, dan obesitas.
IMT diukur dengan rumus berat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter2). Pengukuran IMT anak Anda akan dibandingkan dengan IMT anak-anak lain dengan jenis kelamin, usia dan tinggi yang sama.
Untuk menghitung IMT anak Anda bisa dilakukan dengan mudah di situs Kidshealth.org
Cara Mengatasi Bahaya Obesitas pada Anak
Perlu diingat, pengurangan berat badan harus dilakukan dalam jangka panjang, yang dilakukan secara bertahap. Normalnya dapat menurunkan bobot tubuh sekitar 0,5-0,9 kilogram per minggu.
#Bicara dari Hati ke Hati dengan Anak
Pembicaraan berat badan menjadi topik sensitif, terutama pada anak baru yang beranjak remaja. Tetapi, tidak membicarakannya sama sekali juga salah, sehingga disinilah pentingnya kebijakan orangtua.
Hal penting yang perlu dilakukan, yaitu pastikan anak tahu bahwa proses mengatur pola hidup berguna untuk penurunan berat badannya, sehingga dirinya menyadari tentang apa yang dilakukannya demi kebaikan, sehingga anak tidak mengeluh walaupun dilakukan dalam jangka panjang.
Orangtua juga perlu “merayu” anak bisa terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapinya, berikan pujian ketika ada keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh anak, walaupun mungkin itu hal yang sepele.
Ingatkan anak bahwa Anda mencintainya “tanpa syarat” apapun walaupun tubuhnya gemuk, wajahnya tidak ganteng atau cantik dll. Sehingga bagaimanapun kondisi anak, bagaimanapun yang dikatakan orang lain tentangnya, pastikan anak mengetahui bahwa orangtuanya mencintainya.
Sehingga anak merasa diterima serta mendorongnya untuk terbuka tentang semua masalah yang dihadapinya (pada orangtuanya).
#Pola Makan Sehat
Hal terpenting, ganti sebisa mugkin makanan jenis kemasan menjadi buah-buah dan sayuran segar.
Jangan terlalu sering makan di luar terutama restoran siap saji yang umumnya makanannya mengandung kolesterol tinggi, gula tinggi dll.
Disarankan untuk memasak makanan sendiri saja di rumah, sehingga Anda dapat mengontrol kandungan kolesterol dan kalori di dalam makanan yang dikonsumsi anak. Utamakan cara pengolahan dengan cara mengukus atau merebus, dibandingkan cara menggoreng.
Terapkan makan bersama-sama anggota keluarga yang akan merekatkan hubungan antar anggota keluarga, ini juga untuk menghindari anak menonton TV sambil makan besar maupun cemilan, karena membuat anak kehilangan kontrol saat mengonsumsi makanan.
Mengubah pola makan anak menjadi lebih sehat tentunya dilakukan secara perlahan dan dalam jangka waktu panjang. Hal yang kurang bijak membatasi secara ekstrem semua makanan berkalori tinggi, dsb.
#Gunakan “Metode 90/10”
Cobalah membuat aturan bijak dalam keluarga, seperti metode 90/10. Apa maksudnya?
Yaitu 90 persen makanan sehat, dan 10 persen adalah makanan enak (yang mungkin kurang sehat).
Memang penting menghindari makanan tidak sehat, tetapi bukan berarti menghilangkan-nya sama sekali. Disiplin terlalu ketat malah dapat menjadi bumerang bagi psikologi Anak, karena anak akan merasa terlalu dikekang.
Dengan begitu anak boleh sekali-kali untuk konsumsi makanan seperti pizza, es krim, hamburger, kue cream.
#Penting untuk Mengajak Anak Beraktivitas
Aktivitas fisik tidak melulu tentang olahraga terstruktur, kita bisa mengajak anak melakukan aktivitas fisik yang disukainya, itu bisa berupa lompat tali, bersepeda, dll. Orang tua harus membatasi waktu anak untuk duduk menonton TV atau bermain game, batasi tidak boleh lebih dari dua jam dalam sehari.
Ajarkan gaya hidup sehat, serta berikan contoh dengan mempraktikkan gaya hidup sehat pada anak, sehingga orang tua juga harus memiliki gaya hidup sehat seperti suka makan sayur, rajin olahraga, tidak merokok dll.
Lebih baik jangan memasukan TV ke dalam kamar tidur anak karena dapat menganggunya. Letakan TV dan komputer di luar kamar anak.
- Pilihkan makanan yang sehat seperti susu rendah lemak, daging, sayur dan buah.
- Hindari memberikan anak makanan cepat saji, mie instan, junk food, snack ringan, makanan yang tinggi kandungan manis dan lemak.
- Berikan sarapan pada anak sebelum berangkat ke sekolah serta membawakannya bekal untuk makan siangnya di sekolah, sehingga orang tua bisa mengontrol asupan gizi anak dengan baik.
- Dalam mengolah makanan, utamakan dengan dikukus atau direbus, jangan sering-sering mengolah makanan dengan cara digoreng.
- Biasakan anak untuk makan di meja makan, bukan di depan tv, layar computer atau kamarnya.
- Batasi aktivitas bermain game, menonton video atau penggunaan laptop, gadget, komputer dsb. Latih anak agar tebiasa bergerak, ajak anak bermain di sekitar komplek.
- Mengajak anak melakukan kegiatan di luar rumah, selain baik untuk fisiknya, juga penting untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.
- Pilih susu rendah lemak dan tinggi kalsium.