Orangtua harus memperhatikan perkembangan karakter anak sejak usia dini. Pada usia dini otak anak berkembang dengan sangat cepat, dimana otak anak menerima berbagai macam informasi, tanpa bisa melihat baik dan buruk. Masa ini adalah masa emas (golden age) yang sangat menentukan perkembangan fisik, mental maupun spiritual seorang anak.
Fase golden age adalah kesempatan besar bagi para orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan fisik, kecerdasan dan mental anak. Pada masa ini juga orangtua harus menanamkan pendidikan karakter yang terbaik untuk anak, karena pengaruhnya sangat besar terhadap kesuksesan seorang anak di masa depan.
Photo credit: istockphoto.com|yaruta
Jangan sampai sikap orang tua justru menjatuhkan mental anak. Tindakan bodoh orangtua seperti amarah yang meledak-ledak, membentak bahkan memukul anak dapat menghancurkan proses tumbuh kembang anak. Membentak dan memukul anak menyebabkan gangguan (hambatan) pada perkembangan otak anak, yang menyebabkan potensi kecerdasan anak menurun drastis.
Anak yang sering diperlakukan kasar nantinya akan memiliki pribadi yang rendah diri, penakut, minder, mudah cemas dan emosional. Hal-hal tersebut dapat menghambat kesuksesan anak di masa depan, disamping juga ia beresiko tidak memiliki kecakapan dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan.
Orangtua harus memastikan anak-anaknya tidak punya masalah dengan pengenalan jati diri, kepibradian atau karakter. Orangtua wajib waspada jika terlihat karakter anak bermasalah karena jika dibiarkan akan menjadi masalah serius saat ia remaja dan dewasa.
Bukanlah hal yang sulit untuk mengetahui seorang anak itu bermasalah, dimana terdapat beberapa ciri karakter anak yang bermasalah, dengan hanya melihat perilakunya maka akan bisa diketahui. Bahkan bisa dilakukan deteksi dini apakah anak punya permasalahan psikis agar segera dilakukan penanganan, sehingga mencegah masalah terus berkembang yang nantinya menjadi MUSIBAH BESAR saat ia dewasa. Jika masalah diketahui sejak dini, maka masih ada kesempatan besar untuk melakukan perbaikan.
Ciri-ciri karakter anak sedang bermasalah, yang pertama yaitu anak sulit untuk diajak kerja sama dan dibilangin. Anak terlihat maunya memang sendiri dan kesulitan menerima masukan orang lain, bahkan mungkin ia terlihat sebagai anak pembangkang dan suka memberontak pada orangtuanya. Semua nasehat atau masukan orangtua hampir tidak pernah didengarnya, sehingga anak sulit diajak kerja sama.
Mendapati kelakuan anak yang seperti itu, orangtua harus tetap tenang dan tidak menunjukan emosi atau kemarahan. Anak seperti itu pasti ada hal yang mendasarinya, hal yang perlu dilakukan orangtua adalah berusaha memahami anak, responlah prilaku anak dengan sikap yang tenang.
Orangtua perlu mengetahui tentang kebutuhan dasar seorang manusia, termasuk anak harus mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk merasa diterima dan kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian.
Apakah semua kebutuhan dasar tersebut sudah ditunaikan orangtua pada anak, jika belum wajar saja anak mengembangkan karakter yang buruk. Pada dasarnya seorang anak itu sangat menyayangi orangtuanya, seorang anak TIDAK MUNGKIN menjadi anak yang susah dibilangin dan pemberontak kecuali jika orangtuanya sendiri yang keliru dalam mengasuh anak.
Ciri selanjutnya yaitu anak tertutup pada orangtuanya. Misalnya anak tidak terbuka pada orangtua, saat mempunyai masalah ia lebih memilih untuk curhat pada temannya ketimbang orangtuanya. Anak mau menceritakan kondisinya pada temannya, tapi tidak mau bercerita pada orangtuanya. Jika sesekali saja masih wajar tapi jika selalu terjadi berarti figur orangtua telah tergantikan dengan pihak lain.
Lebih parah lagi jika anak tertutup pada dunia atau lingkugannya. Anak yang mengembangkan sifat tertutup bisa menjadi masalah serius nantinya, biasanya ia akan memiliki beberapa masalah seperti mudah stres ketika di tengah orang banyak, kesulitan berkenalan atau menyapa orang baru, gugup bicara di depan umum, tidak berani berbicara terbuka, tidak berani tegas dan cenderung punya sifat paranoid.
Ciri selanjutnya yaitu anak mudah menanggapi negatif. Misalnya anak sering berkomentar “Biarkan saja, dia memang payah kok” atau ucapan semacamnya yang dapat terlihat bahwa anak mudah sekali menanggapi sesuatu secara negatif padahal bukan urusannya. Jika anak sering melakukan hal seperti itu, menandakan bahwa harga diri anak yang sedang terluka. Seseorang yang merasakan harga dirinya rendah maka ia akan melakukan itu.
Apa penyebab anak merasa bahwa harga dirinya rendah? itu terjadi karena anak selama ini merasa kurang mendapatkan perhatian dan apresiasi dari orangtua dan lingkungannya. Anak berpikir bahwa dirinya dipandang rendah oleh lingkungannya, sehingga cara untuk bisa naik ke tempat yang lebih tinggi yaitu dengan mencari pijakan.
Saat anak merasa harga dirinya rendah di mata orang-orang, maka cara paling mudah untuk menaikkan harga dirinya yaitu dengan mencela orang lain.
Ciri selanjutnya yaitu anak menarik diri dari lingkungan, sehingga anak terbiasa menyendiri dan lebih memilih bermain dengan dunianya sendiri, anak sangat tidak suka jika orang lain tahu tentang dirinya. Anak kurang suka bergaul dengan teman-temannya dan lebih memilih menyendiri. Hal seperti ini terjadi karena anak merasa tidak diterima oleh lingkungannya. Anak sangat mengharapkan agar orang-orang mengerti dan mau menerima dirinya apa adanya.
Ciri selanjutnya yaitu anak memberikan label buruk untuk dirinya sendiri seperti “aku ini memang bodoh”, “aku tidak bisa apa-apa”, “aku tidak menarik sama sekali” dll. Anak bisa sampai seperti itu karena harga dirinya telah hancur, biasanya karena sering dimarahi guru, orangtua dan dibully teman-temannya. Contohnya ucapan “Masa begitu aja nggak bisa, kan udah diajari berulang-ulang”, ucapan seperti itu bisa melukai harga diri anak.
Anak yang sering melawak secara berlebihan bisa menjadi tanda karakternya sedang bermasalah, dimana ia sering melakukan tindakan atau ucapan konyol agar teman-temannya tertawa, anak merasa sangat senang dan bangga melihat teman-temannya tertawa. Jika sesekali masih wajar, tapi jika berulang-ulang berarti anak sedang berusaha mencari PENGAKUAN dan PENERIMAAN dari teman-temannya. Anak selama ini kurang mendapatkan rasa diterima oleh lingkungannya sehingga ia berusaha untuk mendapatkan pengakuan.
Para ahli yang mencoba meneliti banyak kasus mengenai kepibradian atau karakter anak, menemukan bahwa sebagian besar masalah diakibatkan dari keluarga yang kurang memberikan support dan minimnya pengetahuan orangtua dalam mengoptimalkan tumbuh kembang pada anak usia 0-7 tahun.
Support dari keluarga sangat penting di dalam perkembangan anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga, optimalnya tumbuh kembang anak dan suksesnya ia di masa depan tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga” yang dirasakan.
Usia 7 tahun kebawah adalah masa emas seorang anak yang harus dioptimalkan, jangan sampai orangtua cuek terhadap proses tumbuh kembang anak usia 0-7 tahun karena bisa menyebabkan anak terjangkit MENTAL BLOCK, itu adalah sebuah masalah yang menyebabkan hambatan pada perkembangan mental anak, yang nantinya berpengaruh terhadap karakter anak, biasanya dampak buruknya sangat terasa saat memasuki usia 22 tahun.
Anak usia 0-7 tahun sangat rentan dan sangat membutuhkan kebutuhan dasar emosi, perhatian dan kasih sayang. Jika masa ini lewat dan kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar ia akan terjangkiti Mental Block. Inilah asal muasal Mental Block terbentuk di dalam diri seseorang, akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar emosi yang amat sangat dibutuhkan setiap manusia, dampaknya bisa sangat fatal terhadap kondisi mental dan karakternya saat dewasa.
Perhatian dan kasih sayang adalah hal yang sangat penting di dalam proses tumbuh kembang anak sehingga anak merasa diterima dan disayangi, hal ini sangat bagus untuk perkembangan mental dan kecerdasannya, bahkan bisa berdampak positif terhadap perkembangan fisik dan kesehatannya karena rasa bahagia di dalam hati anak.
Selain itu anak juga harus merasa aman dan nyaman dengan orangtuanya, sehingga hal yang sangat penting orangtua bersikap lembut pada anaknya. Hal-hal tersebut harus ditunaikan orangtua sehingga kebutuhan dasar emosi anak terpenuhi, yang dengannya anak tumbuh menjadi pribadi yang handal dan berkarakter kuat dalam menggapai cita-citanya.
Orangtua tentu sangat berharap anaknya punya karakter percaya diri, tenang, motivasi tinggi, punya rasa ingin tahu (eksplorasi), mampu kontrol diri, bekerja sama dan bergaul. Tapi jika anak sejak kecil tidak dekat dengan orangtuanya dan kurang mendapatkan kasih sayang biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan punya gangguan emosi (tempramental).
Kegagalan dalam membentuk karakter anak akibat tidak mendidik anak sejak dini dan sering memberikan label buruk pada anak seperti nakal, bodoh, payah, penakut, pemalas, cengeng dan lainnya, akibatnya dalam jangka panjang:
- Anak tumbuh dalam kondisi emosi yang tidak stabil.
- Timbul sifat acuh tak acuh (tidak peduli) dalam diri anak.
- Anak cenderung agresif.
- Anak menjadi minder dan takut bersosialisasi.
- Anak sering negative thinking (berpikiran negatif), pesimis dan mudah berprasangka buruk.
- Terhambatnya perkembangan kecerdasan anak.
- Potensi kreatifitas anak menurun secara drastis.
Sejak kecil anak sudah memperlihatkan karakter dasar dirinya, saat usianya bertambah anak mengembangkan karakter dasar tersebut menjadi lebih kuat. Misalnya anak suka menempel pada orangtua dan sering gelisah, berarti anak akan mengembangkan sifat pemalu nantinya. Jika anak sering menangis saat gagal melakukan sesuatu, berarti ia akan mengembangkan sifat keras kepala dan mungkin pemarah, cara mengatasinya yaitu biarkan anak bergaul dengan teman-temannya, nantinya anak akan belajar mengatur emosinya dari lingkungannya. Usahakan memilihkan anak teman-teman yang baik.
Jika anak suka rewel dan tidak suka dibilangin, berarti anak ada kemungkinan mengembangkan sifat sensitif. Jika anak mudah tersenyum dan terlihat menyenangkan kemungkinan besar di masa depan akan memiliki kecerdasan emosional (EQ) diatas rata-rata. Adapun anak yang tidak bisa diam dan selalu siap untuk berlari, berarti anak akan mengembangkan sifat suka bereksplorasi.
Hanya saja sifat dan karakter anak akan berkembang dan dipengaruhi melalui interaksi dengan keluarga, teman dan masyarakat. Orangtua harus menjadi role mode yang baik untuk anak, dan tempatkan anak di lingkungan yang baik dan kondusif untuk tumbuh kembangnya.
Kenalkan anak dengan rasa empati, ajarkan anak untuk bisa memahami kondisi orang lain. Ceritakan tentang kondisi orang-orang yang kekurangan, agar anak lebih memahami ajaklah ke panti asuhan, ceritakan bahwa anak-anak tersebut tidak memiliki orangtua dan hanya punya sedikit mainan. Orangtua juga perlu menceritakan kisah pada anak, biasanya dilakukan sebelum tidur. Belilah buku cerita yang berisi pesan moral, mengajarkan etika dan mengembangkan rasa simpati.
Anak juga perlu dikenalkan dengan nilai kedisiplinan, orangtua harus mengobrol dengan anak memberitahu apa saja kewajibannya, misalnya kapan anak belajar, bangun tidur, mematuhi jam tidur dll. Selain itu berikan anak tugas rumah (disesuaikan dengan usianya) seperti menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur, menyiram tanaman, mencuci piring dll.
Jika anak disiplin dan bersikap baik maka tunjukan rasa bangga pada anak, menunjukkan rasa bangga pada anak sangat penting untuk mengembangkan harga dirinya, anak akan tumbuh dengan karakter percaya diri dan motivasi tinggi karena mendapatkan dukungan dari keluarganya. Kalau bisa berikan anak hadiah sehingga anak semakin semangat untuk mengembangkan kepribadian yang baik.
Beberapa hal lain yang perlu diketahui:
- Latih anak untuk bisa mengontrol dirinya sendiri.
- Ajarkan anak untuk tidak bereaksi secara berlebihan terhadap suatu hal.
- Bilang ke anak bahwa janji itu harus ditepati, sedangkan mengingkari janji adalah perbuatan tercela.
- Jangan membandingkan anak dengan anak lainnya.
- Ajarkan anak untuk jangan suka menyalahkan orang lain.
- Lindungi anak dari kecanduan bermain gadget.
- Jangan mengekang anak, dan libatkan anak dalam pengambilan keputusan sehingga anak merasa dihargai keberadaannya.