Mereka tampak kesulitan untuk mendengarkan dan mengikuti aturan. Prestasinya cenderung buruk di sekolah, sering mendapatkan nilai buruk dan memiliki masalah perilaku.
Ketika sedang berada di tempat umum, perilaku dari anak yang hiperaktif bisa membuat orang tua kewalahan.
Anak terlihat tidak patuh di tempat umum, keras kepala dan bersikap menantang. Anak-anak seperti ini sering kali dicap negatif, sebagai anak yang bodoh, bandel, nakal dan semacamnya.
Yang lebih parahnya, anak-anak yang dicap “buruk” ini mendapatkan penanganan dan perlakuan yang juga buruk (tidak tepat) oleh orang tua, guru maupun orang lain yang di sekitarnya.
Untuk itu, penting bagi orang tua untuk bisa memahami kondisi si kecil yang sebenarnya mengalami kesulitan dalam mengontrol perilakunya sendiri.
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi dan mendidik anak hiperaktif?
#1. Perhatikan asupan makanan anak
Keracunan makanan bisa saja terjadi pada, terutama bagi anak penderita autis, salah makan menyebabkan dirinya seperti tidak sadar dan tidak bisa diam.
Makanan yang mempunyai dampak buruk pada anak autis yaitu makanan yang mengandung protein susu sapi (kasein) dan protein tepung terigu (gluten).
Kedua unsur ini tidak dapat dicerna sistem pencernaan mereka, mengakibatkan terjadi proses akumulasi apioid atau substansi sejenis morfin (dikenal sebagai dermophin) di dalam tubuh.
Hal tersebut menyebabkan anak suka mengamuk, hiperaktif, sulit dikendalikan, tidak bisa tenang dan anak sulit berpikir logis.
Sehingga penting bagi orang tua memberikan asupan makanan bergizi bagi anak, yang penting untuk pertumbuhan otak anak.
Dorong anak untuk suka makan sayuran dan buah. Hindari memberikan anak makanan ringan, makanan tinggi gula, tinggi garam, makanan instan, junk food, gorengan dan semacamnya.
Contohnya, batasi memberikan makanan yang mengandung gula atau karbohidrat berkadar tinggi, seperti nasi putih dan berbagai produk olahan tepung. Hindari penyedap rasa, pemanis dan pewarna buatan.
Selain itu, penuhi / cukupi asupan kalsium dan magnesium yang berasal dari sayur-mayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hal ini karena pergerakan anak hiperaktif yang sangat dinamis, sehingga membutuhkan asupan lebih.
#2. Beri tahu kondisi anak pada lingkungannya
Perilaku seperti itu di luar kuasa si kecil, karena memang masih anak kecil, orang tua perlu memberikan counter akan hal ini.
Orang tua perlu memberi tahu orang lain mengenai kondisi si kecil itu, yang disertai dengan penjelasan cara menghadapinya.
Hal ini akan memudahkan orang lain untuk merasa lebih nyaman ketika berada di dekat si kecil yang seperti itu, dan tahu cara berinteraksi dengannya.
#3. Latih anak agar mau mendengarkan orang lain
Dan dalam pergaulan, anak yang autis atau hiperaktif akan cenderung mengalami penolakan oleh teman-teman sebayanya.
Dimana anak akan kurang disukai dalam pergaulan di lingkungannya, karena aktifitas dan perilakunya yang dirasa mengganggu oleh teman-temannya, sehingga membuat teman-temannya menjauhinya.
Kesulitan dalam bergaul bukan hanya karena perilakunya yang seperti itu, tetapi juga berawal dari keterampilan mendengarkan dari orang lain yang kurang, sehingga perlu dilatih untuk jiwanya agar mau mendengarkan perkataan orang lain.
#4. Berikan lingkungan sosial yang baik untuk anak
Si kecil umumnya kesulitan untuk menjalin hubungan personal yang lebih mendalam dengan orang lain. Sehingga berakibat pada psikologisnya dimana anak merasa terisolasi, sehingga menjadi tidak percaya diri dan juga tidak merasa bahagia.
Untuk itu perlu keterampilan dari para pendidik untuk mengatasinya, bisa dengan membuat suatu kelompok sosial, anak perlu dipertemukan dengan anak lain yang nantinya memberikan manfaat sosial bagi anak Anda.
Anak nantinya akan belajar pada anak lainnya tentang pergaulan yang benar, sedikit banyak hal ini akan berdampak baik bagi anak autis / hiperaktif.
#5. Berikan perhatian dan kasih sayang
Demikian juga para orang tua harus bersabar dalam menghadapi anak hiperaktif / autis, terutama sabar dalam memberikan perhatian lebih untuknya dibanding kebanyakan anak-anak lainnya.
Hiperaktif bukanlah suatu penyakit. Yang menjadi sebab terbesar anak seperti itu karena kurangnya perhatian dari orang tuanya.
Untuk itu, cara mengatasinya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang.
Hindari untuk membentaknya, karena hal itu merupakan hal yang sia-sia, membuang energi Anda, dan yang lebih parah kondisi hiperaktif sang anak justru akan menjadi lebih buruk.
#6. Aktifitas perlu diberikan orang tua
Anda bisa memberikan pelatihan-pelatihan untuk mengatasi anak yang yang sangat aktif bergerak.
Latihan yang diberikan dapat berupa respon terarah atau memberi tanggapan. Anak perlu dilatih tentang bagaimana dirinya harus memberi respon atau tanggapan terhadap sesuatu.
Contoh latihan yang bisa diberikan seperti menangkap bola, meletakkan sesuatu pada tempatnya, menendang bola / bermain bola, mewarnai sesuai dengan contoh, bermain meneruskan atau melempar bola yang disodorkan padanya.
Kemudian untuk meningkatkan konsentrasi anak, maka dapat dilakukan dengan selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang daya tarik dan daya nalar anak.
Anda bisa meminta anak untuk menendang bola ke gawang, atau yang tertuju pada kiper.
Atau Anda juga bisa meminta sang anak untuk membuat gerakan melompat-lompat di antara susunan ban-ban atau lingkaran.
Hal lainnya, mengajak anak untuk melempar bola ke dalam keranjang, meminta anak mencicipi rasa beberapa makanan dan tanyakan rasa masing-masing makanan tersebut, aktivitas menyusun balok-balok, dan yang lainnya.
Lakukan kegiatan atau permainan yang sesuai dengan taraf usianya. Kegiatan yang disiapkan usahakan menarik perhatian dan minat anak, sehingga nantinya mampu menyalurkan energi emosional anak yang selalu berlebihan itu.
#7. Bersemangat dan bersabar dalam mengajarkan anak
Misalnya, ajarkan anak untuk duduk diam sewaktu makan. Meskipun anak banyak tingkah, Anda harus berusaha untuk membuatnya mengerti bahwa saat makan dirinya tidak boleh terlalu aktif.
Selain itu, bersikap diam perlu dilatih pada anak saat melakukan hal-hal lain yang normalnya membutuhkan ketenangan. Hal ini memang tidak bisa dilakukan sekali, akan tetapi “ratusan kali”.
Sehingga disinilah pentingnya semangat dan kesabaran orang tua dalam memperbaiki prilaku anak. Dengan sedini mungkin memperbaiki prilaku anak, membiasakan sikap yang baik pada anak, maka akan semakin mudah membuat tingkat hiperaktif anak untuk berkurang.
Sehiggga nantinya anak bisa tahu sopan santun dan mampu bersikap sesuai dengan tempatnya.
#8. Pilih sekolah baik untuk anak
Anda sebaiknya berhati-hati dalam memasukkan anak ke sekolah, pilihan sekolah sangat menentukan perkembangan sifatnya di kemudian hari.
Kesalahan dalam memilih sekolah berakibat fatal yang dapat merusak moral anak Anda. Sehingga jaga selalu pergaulan anak, pilihlah sekolah yang berisikan anak-anak yang pintar dan berpendidikan.
Jangan memilih sekolah yang justru menjadi gudangnya anak nakal.
Cara mendidik anak autis dengan tepat:
#9. Jangan melakukan modifikasi jadwal
Anak-anak autis tidak suka variasi karena lebih menyukai rutinitas yang sama serta kebiasaan berulang. Oleh karena itu, jangan sering merubah jadwal kegiatan pada anak autisme.
Anda bisa melakukan sedikit modifikasi jadwal kegiatannya bila memang dibutuhkan.
#10. Pilih gaya belajar yang tepat
Beberapa anak mungkin lebih cepat menyerap informasi dengan cara mendengar, sementara anak yang lain cenderung pada gaya belajar visual.
Pada beberapa anak, media gambar menjadi bahasa pengantar utama dalam belajar. Sebagai guru dan orangtua, perlu mencari tahu metode yang bisa membuat anak fokus pada pelajaran.
Perlu diketahui, anak autis mudah sekali kehilangan minat ketika dirirnya tidak mengerti dengan apa yang diajarkan.
Hal yang sangat penting memilih gaya belajar yang tepat pada anak, sehingga anak mampu mempelajari hal-hal baru dengan baik.
#11. Menggunakan bahasa sederhana
Hendaknya dalam berkomunikasi, gunakan kata-kata sederhana serta kalimat pendek, sehingga anak dapat lebih mudah memahami.
Jangan berkomunikasi menggunakan bentuk kalimat yang panjang dan kompleks, karena justru membuat anak bingung dan frustasi. Hal ini berbahaya bagi anak yang mengalami autis ataupun hiperaktif.
#12. Bantu anak dengan baik dalam menulis
Umumnya anak autis menghadapi masalah dengan keterampilan motoriknya. Anak autis tidak dapat mengendalikan tangan sehingga kesulitan untuk menulis rapi.
Kondisi tersebut bisa membuat anak menjadi putus asa, hal ini beresiko memperburuk kondisi psikologinya.
Orang tua dan guru harus memahami kondisi anak ini dengan baik, jangan menghardik anak jika tulisannya buruk.
Namun yang harus dilakukan adalah memberikan motivasi positif pada anak agar mampu menulis dengan baik. Motivasi anak agar menikmati dan senang menulis.
Anda juga bisa mengajarkan anak untuk mengetik di komputer atau di laptop. Mengetik bisa membantu anak belajar lebih cepat tanpa merasa kecewa saat melihat hasil tulisan tangan mereka.
#13. Mengenali bakat anak
Anak-anak dengan autisme biasanya sedikit lebih lambat dalam berkomunikasi dan proses belajarnya. Namun, banyak diantara anak-anak autis yang memiliki bakat hebat, seperti melukis, membuat kerajinan, hingga pemrograman komputer.
Pikiran mereka sangat kreatif dan seringkali menghasilkan karya seni yang luar biasa. Oleh karena itu, disinilah peran orang tua untuk mengidentifikasi bakat anak, lalu membantu mengembangkannya.
Mengajar anak autis merupakan tugas yang menantang. Meskipun lambat, anak autis bisa dilatih untuk membaca, menulis, dan belajar.
Autisme merupakan kelainan genetik dan tidak dapat disembuhkan. Namun tidak berarti anak autis tidak dapat menjalani kehidupan normal.
Hal-hal lainnya yang perlu diketahui orang tua dan guru:
#14. Pastikan anak mandi pada pagi dan sore hari, sehingga dapat mencegah stres pada anak. Anda bisa memasukan satu atau dua mainan sederhana ke dalam bak mandi, sehingga mandi menjadi kegiatan menyenangkan bagi anak.
#15. Bantu anak hiperaktif dalam mengatur napasnya, terutama saat kondisi emosinya mulai bergejolak. Sehingga membuatnya bisa lebih tenang. Ajarkan anak mengambil napas dalam-dalam, lalu buang secara perlahan.
#16. Beri stimulasi fisik pada anak dengan memberinya pijatan lembut. Sentuhan hangat dari Ibu akan membuat anak tahu bahwa dirinya dicintai.
#17. Atur suasana ruangan dengan menjaga pencahayaan yang redup, anak hiperaktif sangat butuh ketenangan.
#18. Lakukankah aktivitas secara rutin setiap harinya, sehingga anak hiperaktif tahu apa yang mereka harapkan dan apa yang diharapkan dari mereka.
#19. Hindarkan anak dari minuman dingin, gula, pewarna makanan, dan bahan pengawet dalam makanan yang bisa menyebabkan agitasi.
#20. Kondisi anak yang memiliki energi ekstra, maka dorong anak dan berikan fasilitas pada anak untuk lari berkeliling dan berolahraga. Sehingga anak tahu cara melepaskan kelebihan energi, sehingga membantu anak tetap tenang dalam situasi lainnya.
#21. Bukan hal bijak menghukum anak karena perilaku hiperaktif, karena itu memang di luar kemampuannya. Kondisi jiwanya yang labil dan sulit tenang, maka jika anak banyak bergerak maka bukanlah kesalahannya.
#22. Hindari melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, bodoh dan semacamnya. Karena akan menyakiti hatinya, dan juga bisa membuat anak akan benar-benar nakal nantinya.
#23. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari negatif pada dirinya.
#24. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus lebih sering berkomunikasi.
#25. Selalu waspada terhadap segala tindakannya, yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
#26. Ajak anak untuk jalan-jalan keluar melihat lingkungan yang hijau, terutama pagi hari. Jangan sampai anak seharian hanya bermain game atau menonton televisi.