Setiap orang tentunya pernah merasa sedih, hal yang normal, tapi jika rasa sedih berlangsung selama 2 minggu sehingga memunculkan perasaan tidak berharga dan putus harapan, maka ini sudah menandakan depresi.
Ilustrasi Anak Depresi | Photo credit: Adobe.com | By antic
Anak kecil juga bisa mengalami depresi. Gejala seorang anak yang mengalami depresi mirip dengan umumnya penderita depresi.
Depresi pada anak dan remaja terjadi ketika daya tahan kejiwaan mereka tidak kuat menghadapi tekanan.
Anak yang depresi ditandai dengan gejala:
- Perasaan sedih terus-terusan (sering terlihat murung).
- Perasaan tidak berdaya dan terlihat lesu.
- Suasana hati anak cepat sekali berubah.
- Kehilangan semangat untuk sekolah (tidak mau sekolah).
- Kehilangan minat melakukan aktivitas yang sebelumnya disenanginya.
- Prestasi di sekolah menurun drastis.
- Anak cenderung menarik diri dari sosial (pergaulan).
- Sangat malas bertemu orang lain.
- Perubahan drastis perilaku anak.
- Mudah marah dan cepat tersinggung.
- Menangis lebih sering, dan tatapan cenderung kosong.
- Gangguan pola tidur.
- Menurunnya kemampuan fokus atau konsentrasi.
- Mengeluh sakit perut (atau bagian tubuh lain), ini karena pikiran anak yang terlalu berat.
- Perubahan berat badan secara drastis.
- Indikasi untuk menyakiti diri sendiri, atau rasa tidak peduli dengan dirinya sendiri.
Percobaan bunuh diri akibat depresi mungkin bisa muncul, tapi kasusnya sangat jarang terjadi pada anak dibawah umur 12 tahun.
Penting: Orangtua harus cermat dalam memperhatikan perilaku anaknya.
Adapun jika anak mengalami hari buruk dan bersedih, lalu kembali ceria dalam beberapa jam (atau 1-2 hari), maka ini hal yang normal.
Penyebab Anak Depresi
Ada beberapa hal yang menjadikan seorang anak beresiko tinggi untuk mengembangkan depresi:
- Pernah mengalami kekerasan dalam keluarga, baik secara verbal maupun fisik.
- Kondisi lingkungan tidak mendukung (anak kesulitan dalam pergaulan, tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, dsb).
- Anak yang sejak kecil dicekoki dengan berbagai tekanan pelajaran sehingga tidak memiliki waktu untuk bermain.
- Ditinggal orang yang disayangi, atau perceraian orangtua.
- Anak memiliki gangguan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan.
- Putus asa atau merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu.
- Rasa ketidakmampuan, perbedaan dan bentuk-bentuk penolakan yang dirasakan anak
- Anak merasa kesepian, kehilangan pegangan, tidak berdaya dan tidak tahu harus berbuat apa.
Hal-hal lain seperti kekurangan gizi dan kurangnya aktivitas fisik bisa memicu depresi.
Dr. Barry Garfinkel, seorang psikiatri anak dan remaja di Minneapolis mengatakan, “Anak depresi di usia pra sekolah memang langka, sehingga sering disalahpahmi hanya sebagai masalah perilaku.”
Mengatasi Depresi Anak
Sangat penting bagi orangtua untuk mengembangkan lingkungan keluarga yang positif sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Jika anak tidak ingin berbicara dengan Anda, beri tahu anak bahwa Anda mengkhawatirkannya dan Anda selalu ada untuknya.
Hubungi sekolah untuk mengetahui apakah anak Anda memiliki masalah. Selain itu, mungkin bermanfaat untuk berbicara dengan orang lain yang mengenal anak Anda, termasuk orangtua dari teman dekat anak Anda.
Berikan Dukungan
Jadilah orangtua yang support untuk anak. Depresi membuat hal-hal yang sederhana sekalipun menjadi sangat sulit bagi penderitanya.
Pahami perasaan anak yang sedang depresi, jangan menyepelekan masalah depresinya. Bahkan jika anak mengkhawatirkan hal-hal yang terdengar konyol, jangan menyanggahnya.
Hindari perkataan yang tidak perlu seperti “hanya masalah seperti itu saja masa tidak kuat”. Perkataan semacam itu justru menambah parah depresi anak. Anak mungkin akan merasa orangtuanya tidak peduli pada dirinya.
Yang diinginkan penderita depresi sebenarnya adalah rasa ingin dimengerti dan dirangkul. Hindari tindakan menghakimi, lebih baik mendengarkan curahan hatinya untuk menunjukkan bahwa Anda ada untuknya.
Berikut Hal lainnya yang Harus Diketahui:
- Bantu anak memahami permasalahannya, apabila anak mau menceritakan tentang problematika yang dihadapinya, ini merupakan pertanda baik.
- Adapun jika anak masih belum mau terbuka, berikan dukungan emosional dengan cara memeluk anak dan membuatnya nyaman.
- Sangat penting bagi orangtua untuk meyakinkan anak pada kemampuan dirinya. Arahkan anak untuk berfikir positif untuk mengembalikan semangat hidup dan kepercayaan dirinya.
- Tumbuhkan rasa percaya diri anak. Beritahu anak bahwa permasalahan bukanlah beban yang harus ditakuti, tapi harus dihadapi dengan rasa optimis.
- Motivasi anak agar jangan memandang rendah kemampuan diri sendiri.
- Kenyamanan anak sangat penting diperhatikan sehingga bisa meredakan rasa cemas yang dirasakan-nya. Ajak anak ke tempat-tempat menyenangkan yang dapat membangkitkan semangat hidupnya.
- Berikan anak edukasi tentang permasalahan bullying. Itu karena munculnya depresi anak diantaranya disebabkan praktek bullying dan lingkungan yang buruk sehingga menimbulkan rasa trauma pada diri anak.
- Edukasi orang-orang terdekat (keluarga) agar bisa menyikapi penderita depresi dengan benar.
Mintalah bantuan pakar kesehatan mental anak seperti psikiatri atau psikolog jika depresi anak berlangsung lama (dua minggu atau lebih). Misalnya anak selalu terlihat sedih dan lesu selama seminggu atau lebih, maka segera membawanya ke psikiatri.
Kunjungan ke ahlinya ini untuk memastikan kondisi kesehatan mental anak.
Masalah depresi tidak boleh disepelekan, tapi berita bagusnya depresi bisa disembuhkan. Jangan sampai terlambat menangani masalah depresi ini.
Puncak depresi pada anak-anak maupun remaja yaitu munculnya keinginan untuk bunuh diri. Terutama pada anak-anak dengan keluarga yang punya latar belakang kekerasan, kencaduan alkohol, kekerasan fisik dan seksual.
Ini yang harus diwaspadai orangtua pada anaknya yang terkena depresi dan beresiko menghabisi nyawanya sendiri:
- Mengisolasi diri dari kehidupan sosial (bahkan juga menutup diri dari keluarga).
- Banyak berbicara tentang keputusasaan dan merasa tidak ada yang bisa menolong. Apalagi jika pembicaraannya mengarah tentang kematian
- Sering menangis atau juga menunjukan wajah tanpa ekspresi.
- Menggunakan narkoba atau zat-zat yang menimbulkan candu.
- Banyak melakukan tindakan berisiko.
- Mengalami sejumlah kecelakaan.
- Membagi-bagikan barang milik pribadi ke orang terdekat. (apalagi membagikan barang-barang privasinya yang sangat disenanginya).
3% anak-anak dan 8% remaja di Amerika Serikat menderita depresi. Depresi bisa terjadi pada semua kolompok umur. Khusus pada anak perempuan, kasus depresi lebih banyak terjadi pada usia 16 tahun (usia remaja).