Anak Mudah Marah, Orangtua Patut Khawatir

Banyak orangtua yang ‘cuek’ dengan perkembangan psikologis anak. Anak suka teriak-teriak dan ngamuk, respon orang tua: “…ah biasa itu, namanya juga anak-anak”. Akibatnya anak kondisinya selalu seperti itu tanpa mendapat arahan dari orangtuanya.
Perkembangan psikologis sangat penting diperhatikan, jangan remehkan gangguan emosi yang dialami anak, karena bisa menjadi masalah besar di kemudian hari. Mudah marah adalah bentuk gangguan emosi dalam diri anak.
   Akibatnya anak kondisinya selalu seperti itu tanpa mendapat arahan dari   orangtuanya Anak Mudah Marah, Orangtua Patut Khawatir
Sangat disayangkan banyak orangtua yang cuek dengan aspek psikologis anak. Ini disebabkan rendahnya literasi dan minimnya pengetahuan tentang ilmu parenting dari para orangtua di Indonesia.


Pendahuluan
Biasanya, anak yang dari kecil punya sifat mudah marah, akan lebih retan mengalami frustasi, stres ataupun depresi di masa mendatang.
Tanggung jawab orangtua bukan sekedar memberikan tempat tinggal, pakaian dan makanan bergizi untuk anak, orangtua juga bertanggung jawab memberikan pendidikan, kasih sayang dan pengasuhan yang berkualitas untuk anak.
Masa kanak-kanak banyak dihabiskan untuk bermain dan bersenang-senang, tugas orang tua adalah memastikan anak tumbuh dengan bahagia, disamping juga mengajarkan anak tentang kedisiplinan, aturan, cara bersikap dan beberapa pengetahuan dasar. Anak yang mudah marah menandakan dirinya tumbuh secara TIDAK BAHAGIA.
Anak yang tumbuh dengan kondisi psikologis tidak stabil, akan cenderung kesulitan dalam bersosial maupun berkomunikasi, anak juga beresiko mengalami gangguan kepercayaan diri.
Sifat mudah marah membuat anak dijauhi teman-temannya, sehingga tidak punya teman. Selain itu kesehatan anak juga bisa terganggu, gangguan psikologis bisa menyebabkan melemahnya imunitas tubuh.
Perhatian: Anak mudah marah bisa menjadi pertanda gejala ODD (oppositional defiant disorder), dimana anak pasti selalu menjawab balik saat dinasehati, bahkan marah-marah bernada tinggi, serta sering bertengkar dengan temannya dan prilakunya kasar.

Anak dengan ODD memiliki gangguan prilaku yang terlihat tidak wajar, Anda perlu bantuan ahli di bidang perkembangan anak untuk mengatasi masalah ODD yang dimiliki anak. Perawatan atau terapi khusus diperlukan untuk mengatasi gangguan perilaku ODD.

Biasanya gejala ODD baru muncul pada usia pra-sekolah. ODD terkadang baru muncul pada usia remaja. Gangguan perilaku ODD menyebabkan kerenggangan hubungan secara drastis antara anak remaja dengan keluarganya, selain itu ada kecenderungan menutup diri dari lingkungan sosial.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang temperamental biasanya akan kesulitan bersosialisasi, dia kesulitan untuk berbaur dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Dengan begitu, jangan anggap biasa jika anak punya sifat temprament atau mudah marah, karena anak akan kesulitan bergaul di lingkungnnya.

Loading…

Cara Mengatasinya
Berusaha mencari cara meredakan sifat temprament dalam diri anak. Biasanya, anak mudah marah disebabkan kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
Selain itu, sifat buruk orangtua bisa turun ke anaknya, ini sering terjadi. Anak akan mencontoh orang tuanya yang punya sifat temperamental, sehingga anak akan punya karakter sering ngambek, marah atau suka teriak-teriak.
Penyebab anak menjadi tempramental (mudah marah):
1. Orang tua sering menyikapi kesalahan anak secara emosional. 
Solusi: Sikapi kesalahan anak dengan bijak, bukan atas dasar emosi. Ingat, orangtua adalah pendidik untuk anaknya. Karakter yang dimliki orangtua akan ditiru si anak. Jika orangtua sering memarahi si anak, maka anak akan ‘belajar’ caranya menjadi orang yang jago marah. 
2. Lingkungan yang buruk, yaitu lingkungan yang berisi orang-orang yang buruk, sering berkata kotor, kasar dan semacamnya.
Solusi: Anak mencontoh perilaku orang-orang di sekitarnya. Carikan anak lingkungan dan teman-teman yang positif (baik), berusaha semaksimal mungkin lindungi anak dari paparan orang-orang yang buruk dan suka berkata kasar.
Jika memungkinkan pindah rumah ke lingkungan yang lebih baik, memang butuh biaya besar, tapi keselamatan anak nomor satu, ini adalah INVESTASI untuk anak. Akan lebih mudah mendidik anak di lingkungan yang kondusif.
3. Faktor fase perkembangan. Pada fase tertentu, anak menjadi lebih sering marah, ini pada dasarnya normal sebagai fase yang sedang dilalui anak. 
Misalnya yaitu fase ‘terrible two’ dimana anak mulai mengembangkan sisi emosi. 
Kemampuannya untuk mengontrol emosi dan perilaku masih baru berkembang. Dampaknya anak terlihat kesulitan untuk bersikap tenang, emosi hebat melanda di dalam hatinya. Pada fase ini anak gampang ngambek, menangis ataupun marah karena belum tau cara mengelola emosinya.
Anak belum tahu dan belum bisa mengekspresikan perasaannya. Yang ia tahu, saat ada hal yang tidak mengenakan, ia hanya ingin rasa tidak mengenakan itu hilang. Yang mungkin dilakukannya yaitu marah, teriak, atau memukul.
Yang orangtua harus lakukan yaitu membimbing anak dan memberikan pendidikan karakter sejak dini.
Seiring dengan bertambahnya usia dan meningkatnya kecerdasan anak, seharusnya kemampuan anak untuk mengelola dan mengontrol emosi juga ikut berkembang. Kemampuan mengelola emosi sangat berkaitan dengan tingkat kecerdasan. 

Saat berusia 2 tahun, umumnya anak masih belum bisa memahami tentang emosi di dalam diri, baru pada usia 3 tahun sudah mulai memahami (anak bisa mengetahui bahwa munculnya sebuah emosi pasti ada penyebabnya).

Pada usia empat tahun, sebagian anak sudah bisa memperkirakan emosi apa yang muncul dalam dirinya, serta penyebabnya.

Menjelang usia lima tahun, biasanya anak mulai bisa mengetahui cara positif untuk meredakan atau menghilangkan emosi (perasaan buruk/tidak enak). Anak tahu bahwa dirinya akan menjadi baikan atau lebih lega, jika saat menangis lalu ibunya memeluknya.

loading…

4. Anak selama ini merasa terkekang, segala hal selalu diatur orangtuanya, sehingga tidak memiliki kebebasan.
Solusi: Anak Anda bukanlah robot yang tidak punya perasaan, dirinya ingin kebebasan, pada hal-hal yang sederhana berikan anak kebebasan. Misalnya: berikan anak kebebasan untuk memilih sendiri baju yang ingin dipakainya.
Berikan anak kebebasan (tentunya sesuai dengan batasan yang benar) maka ia akan merasa puas dan tidak merasa terkekang.
Selain itu, perhatikan kemampuan motorik halus anak. Tidak sedikit anak-anak yang mengalami frustasi karena kesulitan mengikat tali sepatu. Orangtua harus perhatian dan peka terhadap masalah yang sedang menerpa anak.
Penyebab lain anak mudah marah:
  • Orangtua yang pasif. Dampaknya anak akan melakukan hal apapun yang diinginkannya karena si Ibu tidak bisa tegas dalam mendidik. Anak tidak pernah diajarkan tentang mana yang baik dan yang buruk.
  • Anak belum mampu mengelola emosinya, atau pengelolaan emosinya kurang baik.
  • Anak menganggap marah-marah sebagai cara efektif agar permintaannya dituruti.
Solusi: Peka Terhadap Perasaan Si Kecil
Cati tahu apa yang melatarbelakangi kemarahan anak, ini yang harus dilakukan pertama kali, orangtua jangan TERPANCING emosi karena malah akan memperparah kondisi.
Saat anak marah, lalu ikut-ikutan marah, banyak orangtua yang melakukan kesalahan ini. Hadapi kemarahan anak dengan TENANG.
Selain itu jadilah orangtua yang peka terhadap kondisi perasaan si kecil. Misalnya anak kesulitan mengikat tali sepatunya, biasanya anak mulai emosional. Nah, sebagai orangtua harus aktif menolong si kecil yang sedang frustasi.
Pahami perasaan dan kebiasaan si kecil. Orang tua harus tahu apa-apa yang disukai anak dan hal apa yang dibencinya.


Bangun Komunikasi yang Hangat
Mulailah sejak dini membangun komunikasi yang HANGAT antara orangtua dan anak. Dengarkan baik-baik setiap keluhan anak, jangan sampai mengabaikan cerita atau curhat anak.
Jangan sampai si anak berfikir bahwa dirinya tidak dicintai orangtuanya, maka hubungan orangtua dan anak menjad renggang, akibanya anak tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat dari orangtuanya. INI SERING TERJADI.
Ingatlah, yang namanya anak-anak sangat ingin diperhatikan, sering mengabaikan perkataan anak adalah KESALAHAN BESAR. Anak merasa disayangi jika mendapatkan cukup perhatian dari orangtuanya.
Komunikasi yang baik dan hangat antara orangtua-anak mencegah munculnya teriakan-teriakan di dalam rumah.
Dengan komunikasi yang terjalin baik, anak bisa mengetahui cara yang tepat menyampaikan keinginannya, sehingga tidak lagi ada teriak-teriak dan kemarahan dari dalam diri anak.
Orangtua harus menjadi panutan sejati untuk si kecil, jadilah teladan dan pahlawan untuk anak Anda.
Lindungi Anak dari Paparan Buruk
Perhatikan apa saja yang dilihat dan didengar si kecil. Lindungi penglihatan dan pendengaran anak dari hal-hal yang buruk. Jika si kecil ingin menonton video youtube, instal lah aplikasi “Youtube Kids”, itu lebih aman bagi si kecil.
Jangan sampai anak menonoton video yang berisi kekerasan dan yang tidak pantas. Anak adalah peniru ulung, ia akan meniru dari apa yang dilihat dan didengarnya. 
Kalau bisa, jauhkan anak dari game karena efek negatifnya lebih besar ketimbang positifnya. Game bisa menyebabkan adiktif (kecanduan). Sering kan… anak mengamuk karena diminta udahan main game.


Jika Melarang, Berikan Alasannya
Saat melarang anak dari sesuatu, berikan anak PENJELASAN mengapa tidak boleh. Banyak orangtua yang ‘malas’ untuk menjelaskan alasannya, akibatnya anak mengamuk karena merasa kebebasannnya dikekang.
Dorong Anak Memiliki Keterampilan/Hobi
Punya keterampilan membuat anak bisa lebih terhindar dari gangguan emosi (mudah marah), karena energi anak banyak tersalurkan ke hobi yang sedang digelutinya.
Ada banyak bidang seperti bulu tangkis, sepak bola, basket, berenang, melukis, menanam, memasak dan puluhan bidang lainnya.
Berikan Reward
Berikan reward saat anak berprilaku baik. Reward bisa berupa pujian dan hadiah materi. Dengan begitu anak menjadi bersemangat untuk selalu beprilaku baik.
Pada Anak Remaja
Pada anak-anak yang mulai beranjak remaja, biasanya mulai muncul sifat keras kepala dan mudah marah saat ditegur, karena pada fase ini mulai terbentuk prinsip dan pemikiran sendiri.
Orangtua harus menyadari bahwa remajanya bukan anak kecil lagi, kebanyakan orangtua tidak memperlakukan anak remajanya secara respect, padahal harus diketahui bahwa masa remaja adalah masa mencari jati diri, sehingga anak-anak usia remaja ingin diperlakukan secara respect.
Jika si remaja tidak diperlakukan secara respect, maka dia tidak akan hormat pada orangtuanya. Mungkin si remaja mau mendengarkan nasehat orangtua, tapi sekedar didengarkan dan dilupakan.
Jika anak remaja selalu menolak perkataan atau nasehat orangtuanya, dan lebih dekat dengan teman-temannya ketimbang orangtuanya, maka mulailah memperlakukan-nya dengan lebih baik.
Anak remaja merasa dirinya sudah mulai besar, sehingga dia butuh pengakuan akan hal itu. Jangan perlakukan dia seperti anak kecil yang bisa seenaknya diatur begini-begitu.
Hargai setiap ide dan masukan dari si remaja, jangan meremehkannya, dengan begitu dia merasa dihargai dan nantinya akan menghormati orangtuanya.
Pemberitahuan: Jika Anda ingin mengetahui apa batasan gangguan emosi pada anak, itu hanya bisa diketahui dengan membawa si anak langsung ke psikolog anak, karena hanya profesional yang terlatih melihat batasan normal tingkah laku dan psikologi manusia. Adapun bacaan preferensi di google, itu hanya sekedar membantu dan sifatnya umum.