Picky eater menjadi masalah yang banyak dikeluhkan para orangtua tentang anak-anak mereka, dimana anak suka pilih-pilih makanan dan orangtua pun pusing jadinya. Alhasil sering terjadi ‘drama’ saat jam makan.
Sebenarnya hal yang normal jika anak pilih-pilih makanan dan melakukan penolakan terhadap makanan baru, karena ini umum terjadi dalam fase perkembangan anak. Tapi seharusnya dengan berjalannya waktu, anak sudah bisa beradaptasi dengan banyak jenis makanan.
Anak Picky Eater | Photo credit: istockphoto.com|KatarzynaBialasiewicz
Jika anak umur 4 atau 5 tahun menolak banyak jenis makanan, ini memang bagian dari fase perkembangannya sehingga masih dianggap wajar. Tapi jika anak sudah berusia 10 tahun tapi masih menolak banyak jenis makanan (khususnya sayuran), maka ini sudah tidak wajar dan bisa menjadi masalah kedepannya (terkait nutrisi anak), sehingga orangtua perlu melakukan siasat.
Pada dasarnya picky eater berarti anak susah makan atau hanya mau makanan yang itu-itu saja. Picky eater juga dapat dikatakan kondisi anak yang sebenarnya mau mengonsumsi makanan-makanan yang dihidangkan, akan tetapi si anak mengonsumsinya terlalu sedikit (kurang dari jumlah yang cukup).
Picky eater bisa terjadi karena anak kesulitan beradaptasi dengan rasa dan tekstur makanan. Paparan makanan sejak usia dini juga mempengaruhi, misalnya anak Anda usia 12 tahun tidak mau makan sayur, tentunya ini tidak baik untuk tumbuh kembangnya, rupaya si anak dari dulu sering diberikan makanan junk food, hamburger, fried chicken, snack ringan (ciki) dan semacamnya, pantas saja jadinya anak benci makan sayur.
Jadi perhatikan asupan makanan anak sejak dini, minimalkan konsumsi makanan kurang sehat dan arahkan anak untuk mengonsumsi makanan sehat. Anak bisa menjadi picky eater karena sering dimarahi saat jam makan sehingga merasa tertekan atau tidak nyaman.
Terkadang anak rewel saat makan atau anak susah makan, maka jangan terlalu memaksa atau marah-marah karena menyebabkan anak trauma dengan suasana jam makan. Jadi menghadapi anak picky eater dengan dibilangin pelan-pelan.
Orangtua jangan memarahi, membentak apalagi memukul anak, karena membuatnya trauma dan bisa menyebabkan menjadi anak nakal. Selain itu penelitian menyebutkan bahwa membentak atau memukul anak dapat menurunkan kecerdasan anak dan menurunkan rasa percaya diri anak.
Sajikan makanan dalam porsi kecil. Anak menjadi picky eater bisa saja karena stress melihat porsi besar makanan yang disajikan. Coba perhatikan, jika anak terlihat down karena tidak suka dengan porsi yang Anda berikan, cobalah untuk menguranginya. Dengan porsi yang lebih kecil biasanya anak menjadi lebih semangat untuk makan.
Sebagai orangtua, tentu Anda yang paling tau metode makan seperti apa yang cocok untuk anak Anda. Contoh salah satu metode yaitu memberikan porsi lebih kecil, yang sebagai gantinya frekuensi makan ditingkatkan. Cobalah memikirkan metode yang tepat untuk si anak.
Picky eater berhubungan dengan perkembangan psikologis dan tumbuh kembang si anak, salah satu problem yang muncul yaitu ketidaksukaan anak untuk mencoba makanan baru yang terjadi akibat minimnya variasi makanan yang dikenalkan pada anak selama ini, dampaknya anak susah beradaptasi dengan jenis makanan baru.
Jadi orangtua harus lebih variatif dalam menyajikan makanan. Sejak kecil kenalkan anak dengan makanan-makanan baru, khususnya sayuran (misalnya brokoli, bayam). Anak jangan sering diberikan makanan seperti fried chicken, kentang goreng, hamburger, pizza, mie instan, serta makanan-makanan lain semacamnya yang tinggi kandungan gula, garam maupun pengawet.
Jaga pola makan anak, kebanyakan anak picky eater karena punya pola makan yang tidak teratur, maksudnya setiap saat (atau kapan saja) anak bisa konsumsi snack ringan tanpa aturan dan batasan yang jelas, akibatnya bisa menjadi masalah saat waktu makan utama. Apalagi jika anak mengonsumsi snack ringan berdekatan dengan waktu makan utama, akibatnya anak akan kesulitan menghabiskan makanannya di piring.
Aturlah pola makan yang baik untuk anak, misalnya 3 waktu makan utama dan diselingi 2 kali camilan, berikan jeda waktu yang cukup antar waktu makan. Selain itu, usahakan memberikan jenis camilan sehat untuk anak, seperti potongan buah strawberry, alpukat dll.
Anak bisa menjadi picky eater karena makanan yang disajikan membosankan, dimana orang tua selalu menyajikan makanan dengan tampilan yang biasa saja. Penelitian menunjukan bahwa sayuran dan buah-buahan yang disajikan dengan tampilan menarik dapat secara efektif meningkatkan selera makan anak.
Loading…
Buat Suasana Positif Saat Jam Makan. Ada banyak masalah yang timbul jika orangtua tidak bijak dalam tindakannya. Misalnya terlalu mengekang anak, tidak memberikan anak kesempatan untuk berpendapat dan memilih makanan yang disukai. Suasana seperti ini jelas menjadi pengalaman buruk untuk anak.
Jika anak selalu mendapatkan kesan buruk saat aktivitas makan. dampaknya anak bisa menjadi trauma dan tidak antusias dengan aktivitas makan, hal ini nantinya bisa memicu picky eater. Seharusnya orangtua menjaga suasana yang positif saat aktivitas makan, jadikan jam makan selalu terasa seru dan menyenangkan untuk anak.
Beberapa permasalahan seperti suasana rumah yang hambar dan tidak menyenangkan untuk anak, serta minimnya perhatian dan kasih sayang orangtua ternyata berkaitan dengan penurunan nafsu makan anak. Dengan begitu, pastikan anak tumbuh dengan bahagia karena salah satu manfaatnya dapat meningkatkan nafsu makannya.
Pokoknya orangtua harus berpikir kreatif dan tenang saat menghadapi anak yang picky eater. Sebagian orangtua tidak sabaran menghadapi anak yang picky eater sehingga memarahi bahkan mengancam anak, tindakan seperti itu justru memperburuk keadaan.
Orangtua bisa mengenalkan anak-anak dengan buah dan sayuran sejak dini. Ini bisa dilakukan saat anak mulai mengenal makanan padat di kisaran usia 7 bulan setelah lepas dari ASI eksklusif 6 bulan. Maksud dari mengenalkan yaitu anak mencicipi buah dan sayuran sedikit demi sedikit, sehingga nantinya si kecil terbiasa.
Hal yang perlu diperhatikan orangtua:
- Sejak dini kenalkan anak dengan makanan-makanan sehat.
- Berikan anak menu makanan yang bervariasi.
- Sajikan makanan dengan kreatif dan tampilannya menarik untuk anak.
- Orangtua bisa melibatkan anak saat memasak, atau setidaknya melibatkan anak dalam penyajian makanan.
- Ajak anak untuk membeli bahan makanan di supermarket, sehingga meningkatkan rasa antusiasnya pada makanan.
- Berikan contoh yang baik untuk anak, jika orangtuanya cerewet soal makanan maka anakpun juga akan rewel soal makanan. Anak mencontoh dari apa yang dilihatnya, setiap kebiasaan orangtua akan ditiru anak. Jadilah orangtua yang memberikan contoh baik untuk anak.
- Anak baru semangat makan sayuran jika orangtuanya juga makan sayuran. Jadi, bagaimana anak mau makan sayuran jika orangtuanya tidak suka sayuran?
- Sajikan makan dengan variasi dan tampilan yang menarik, mulai dari bentuk, susunan hingga warna yang bermacam-macam, warna-warni makanan membuat anak lebih tertarik. Kalau bisa belilah tempat makan atau peralatan makan yang lucu-lucu.
- Buatkan bentuk makanan-makanan yang unik. Kombinasi warna hijau, orange, merah dan lainnya akan menjadikan anak semakin tertarik.
- Biasakan makan bersama, karena anak biasanya tertarik jika melihat kita beramai-ramai makan bersama. Anak punya sifat untuk mencontoh orang-orang disekeliling-nya, melihat orang-orang makan maka mendorong anak untuk ikutan makan.
- Anak picky eater kemungkinan hanya mencicip sedikit makanan baru lalu mengeluarkannya. Hargai usahanya yang telah mencoba makanan yang baru dikenalnya itu. Saat ini anak terlihat tidak suka pada makanan tersebut, tapi ia akan terus mengingat rasanya, sehingga memperbesar peluang untuk anak mau mengonsumsinya dimasa depan.
- Orangtua perlu memberitahukan nama makanan yang disajikan kepada anak. Ini penting ketika anak dimasa depan menyukai makanan tersebut. Beritahu nama makanan-makanan yang ada di hadapan si anak.
- Jangan memaksa anak untuk makan, orangtua harus pintar-pintar merayu anak dan bersabar. Memarahi anak saat jam makan justru membuat anak tidak nyaman dan semakin menolak untuk makan. Peneliti menjelaskan bahwa umumnya dibutuhkan 10–15 percobaan hingga akhirnya anak mau mengonsumsi makanan yang disodorkan dan terbiasa dengannya.
- Jadi jangan berputus asa saat anak menolak makanan baru, sajikan makanan baru pada anak sebanyak 10-15 kali.
- Biasakan untuk merutinkan kegiatan makan bersama keluarga.
- Orangtua harus tetap tenang, hindari panik atau marah-marah saat di meja makan. Pokoknya jangan membuat anak ketakutan saat di meja makan.
- Bisa jadi anak tidak lapar atau masih kenyang sehingga menolak makan, kalau ini berarti bukan picky eater. Orangtua hendaknya memperhatikan waktu makan anak, sehingga bisa mempunyai gambaran tentang pada jam berapa saja biasanya anak lapar.
- Penggunaan bumbu penyedap rasa, hal ini sebenarnya tidak disarankan jika sering-sering. Hanya saja mungkin ini sebagai cara terakhir jika sudah tidak ada jalan lain. Ini biasanya akibat anak terlalu sering diberikan cemilan dengan rasa tajam (misalnya ciki), dampaknya anak menjadi tidak berselera terhadap makanan yang dianggapnya hambar atau kurang bumbu.
- Dalam suatu kondisi, saat anak tidak mau makan, maka tidak ada salahnya membiarkannya untuk tidak makan, nanti kalau sudah lapar maka si anak sendiri yang berinisiatif untuk mengambil makanannya (yang sebelumnya sudah disediakan di atas meja makan). Jadi jangan terburu-buru memarahi anak karena justru membuatnya makin malas makan.
- Matikan TV dan jauhkan gadget saat jam makan, keberadaan perangkat elektronik seperti itu akan membuat anak tambah malas makan, dan anak juga sulit fokus ke makanannya.
- Peneliti menjelaskan bahwa setelah berulang kali terpapar sebuah jenis makanan, pilihan anak-anak bisa berubah, dari awalnya tidak menyukai kemudian menjadi terbiasa dan menyukainya. Kebiasaan alami ini yang membuat orang tua harus berjuang.
Saat anak dikenalkan makanan baru, mungkin anak akan menyentuh, mencium dan memasukkan potongan-potongan kecil makanan tersebut ke mulutnya, lalu buru-buru mengeluarkannya lagi. Orangtua harus tenang dan bersabar menghadapi tingkah anak seperti ini, besok atau beberapa hari lagi cobalah menyajikan kembali makanan tersebut. Pada dasarnya anak butuh waktu untuk bisa menerima makanan baru.