Jika Anak Lengket Ke Bapaknya, Ini yang Harus Dilakukan!

Idealnya seorang anak itu lengket kepada ibu dan ayahnya, keseimbangan seperti itu sangat perlu sehingga mencerminkan keluarga yang bahagia, dimana anak sangat membutuhkan sekaligus kepada peran ayah dan ibunya untuk memperoleh pengajaran dan teladan yang baik dari keduanya.
Umumnya di masyarakat, anak justru hanya dekat pada ibunya tapi tidak dekat pada ayahnya. Walaupun seorang ayah sibuk bekerja di kantor ataupun pabrik, tapi dirinya memiliki kewajiban untuk menyediakan waktu berkualitas bersama anak, jadi tugas seorang ayah bukan hanya mencari uang untuk keluarga. Jadi dalam merawat dan membesarkan anak, tidak hanya ibu yang bertanggung jawab tapi ayah juga harus ikut serta.
   Idealnya seorang anak itu lengket kepada ibu dan ayahnya Jika Anak Lengket Ke Bapaknya, Ini yang Harus Dilakukan!

Ayah dan Anak | Photo credit: adobe.com|By Syda Productions

Jika ayah kurang dekat dengan anaknya, maka ketahuilah bahwa tugas seorang Ayah tidak hanya mencari nafkah melainkan juga bertugas untuk mengasuh, mendidik, memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak. Tidak hanya Ibu yang memberikan pelukan dan ciuman pada anak, ayah juga harus membiasakan diri untuk memeluk dan mencium anak.
Ayah seharusnya sering memeluk anak sejak ia masih bayi, sehingga terbentuk bonding ayah dan anak sejak dini. Ayah juga harus bisa memberikan pijatan lembut untuk bayi, bayi sangat senang dipijat, berikan pijatan secara secara lembut dan pelan-pelan. Selain itu buatlah bayi tertawa, ayah bisa melakukan permainan ci-luk-ba, meniup dada atau kulit bayi, menunjukkan mimik wajah lucu, menirukan suara hewan, mengeluarkan suara lucu hingga akhirnya Si Bayi tertawa.
Ayah juga perlu mengambil tugas untuk memandikan bayi dan beberapa aktivitas lainnya, dengan begitu akan cepat terbentuk bonding ayah dan anak sejak dini. Istri perlu mengajarkan suami cara memandikan bayi yang benar, apalagi biasanya bayi atau balita senang main air. Ayah juga harus sering-sering memandang Si Bayi, juga ajaklah bicara walaupun bayi belum mengerti, pandangi bayi sambil tersenyum, dan ajak main bersama seperti menggendong bayi jalan-jalan di komplek perumahan, atau kalau bisa membeli stroller untuk bayi.


Seorang ayah harus rutin mengajak bicara anak, ada segudang manfaat jika ayah dekat dengan anaknya, yang bahkan berpengaruh terhadap kecerdasan dan emosional si Anak, jadi jangan sampai kesibukan ayah bekerja seharian menyebabakan hanya memiliki sedikit waktu untuk anak. Penting diketahui, kedekatan ayah dan anak harus dibangun sejak dini, jangan sampai terlambat atau ditunda-tunda.
Para ahli menjelaskan bahwa saat seorang ayah secara aktif terlibat dalam pengasuhan anak maka Si Anak bisa melakukan banyak hal dengan lebih baik. Bahkan manfaatnya sudah bisa diperoleh sejak dini, penelitian menemukan bahwa bayi yang dekat dengan ayahnya akan lebih merasa aman, memiliki emosional yang lebih baik, dan akan lebih bersemangat dalam mengeksplorasi lingkungannya. Hal-hal seperti itu sangat penting agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Kedekatan ayah dan anak sangatlah penting sehingga Si Anak bisa tumbuh cerdas dan umumnya lebih aktif secara sosial. Anak juga bakal lebih siap saat hari pertama bersekolah, dimana anak yang dekat dengan ayahnya biasanya punya kemampuan lebih baik dalam mengelola rasa stresnya. Penelitian juga menemukan bahwa anak-anak yang dekat dengan ayahnya memiliki kemampuan akademis lebih baik dan lebih mampu menunjukan perilaku yang menyenangkan dan menarik untuk orang-orang di sekitarnya.
Kedekatan dengan ayah memengaruhi kemampuan manajemen emosional anak. Jadi Ayah harus aktif dalam pengasuhan anak karena berperan besar terhadap perkembangan kesehatan mental anak bahkan hingga ia dewasa nantinya. Disamping itu, baik ibu maupun ayah masing-masing punya cara yang unik dalam berinteraksi dengan anak, sehingga sangat dibutuhkan aktifnya keduanya (ayah dan ibu) dalam pengasuhan anak.

Penelitian menemukan bahwa para Pria dewasa yang sejak kecil memiliki hubungan baik (dan dekat) dengan ayahnya memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi stres atau tekanan pekerjaan yang berat, serta lebih mampu mengontrol diri. Selain itu, penelitian lainnya menemukan bahwa anak-anak perempuan yang dekat dengan ayahnya sejak kecil memiliki rasa percaya diri yang lebih baik dan penghargaan diri yang besar saat dewasa.
Disebutkan juga bahwa anak-anak yang punya hubungan baik dengan ayahnya akan lebih punya banyak teman di lingkungannya, lebih toleran dan pengertian, dan saat dewasa memiliki pernikahan yang lebih sukses dan langgeng.
Ayah harus hadir dalam kehidupan anak, misalnya pada hubungan ayah dan anak laki-laki, maka ayah bisa bermain tinju-tinjuan dengan anak, melemparkan anak ke atas (tapi jangan tinggi-tinggi karena berbahaya), atau pura-pura berkelahi bersama anak. Untuk mengajak anak laki-laki bermain seperti itu tentu tidak cocok diperankan Ibu, anak tidak mendapatkan permainan seperti itu waktu bersama ibunya, maka disinilah peran ayah masuk untuk menanamkan sifat keberanian ke dalam diri anak. Penelitian menunjukan bahwa permainan seperti itu bersama ayah dapat membuat anak punya kewaspadaan dan kepekaan yang lebih baik.
Sifat seorang Ibu cenderung over-protective pada si Anak ketimbang ayah yang lebih berani mendorong anak untuk mengambil resiko sehingga anak bisa bereksplorasi secara optimal. Walaupun seorang ayah lebih berani dalam menempatkan anak di kondisi yang ‘kurang aman’ tapi bukan berarti Si Ayah tidak melindungi anaknya. Hanya saja seorang Ayah biasanya punya karakter untuk mendorong anak untuk lebih berani, mandiri dan jangan takut gagal.

Loading…

Begitu petingnya peran seorang ayah, dengan begitu jika anak lengket kepada ayahnya maka Si Ibu jangan ‘cemburu’, idealnya anak itu dekat kepada ayah dan ibunya sehingga Si Anak bisa tumbuh optimal, cerdas dan punya kesehatan mental yang baik. Jika selama ini Bunda yang selalu berperan dalam menyuapi, memakaikan baju, menemani bermain maupun tidur, maka cobalah Si Ayah sesekali mengambil peran seperti itu, jangan banyak alasan karena sibuk kerja lah atau apalah….
Seorang anak pada dasarnya lebih nyaman dan lebih dekat pada Ibunya, Jadi Para Ibu jangan cemburu jika anak akhir-akhir ini lebih lengket pada ayahnya. Penelitian menyebutkan bahwa saat anak tampaknya tidak adil (lebih mengutamakan ayahnya) sebenarnya itu menandakan Si Anak sudah merasa dekat dengan Ibunya, kok bisa begitu? Itu disebabkan anak sudah merasa yakin dengan ‘kesetiaan’ cinta dari Ibunya, jadi Si Anak tahu bahwa saat dia menolak Ibunya nantinya tetap saja akan mendapatkan sambutan hangat saat dia kembali kepada Ibunya.
Jadi Para Ibu jangan cemas saat anak lebih memilih dekat ayahnya, karena jarang-jarang seorang anak mau dekat dengan ayahnya (berdasarkan kenyataan di masyarakat). Pokoknya selama Bunda selalu jeli memenuhi kebutuhan anak, bersabar menemani anak bermain, mau mendengarkan dan merespon saat anak bercerita, maka Anak akan tetap memberikan cinta terbesarnya untuk Bunda.
Pada dasarnya Anak lebih dekat dan cinta pada ibunya, tapi pada sebagian kasus dalam sebuah keluarga ada Anak yang lebih dekat pada ayahnya secara permanen, dimana Anak suka mengabaikan ibunya dan saat ayahnya pulang kantor maka didapati betapa bahagianya Si Anak dengan kedatangan ayahnya. Adapun saat Bunda pulang pulang kantor ternyata Si Anak menyambut dengan biasa saja.


Tentu akan jadi pikiran mengapa Si Ayah dan anak bisa begitu ceria, tapi tidak saat bersama Bunda. Para Bunda mengeluhkan hal ini, sebenarnya tidak perlu merasa tersisih dan hilangkanlah perasaan seperti itu, yang penting cari akar persoalan kenapa bisa begitu. Para Bunda perlu mengoreksi diri dan merenungkan beberapa pertanyaan di bawah ini:
  • Apakah Bunda membuat aturan yang terlalu ketat terhadap anak? Jika iya, ketahuilah bahwa anak bukanlah robot dan tentunya anak tidak senang, selain itu membuat aturan terlalu ketat akan mematikan kreativitas dan eksplorasi anak.
  • Apakah Bunda memberikan standar disiplin yang terlalu tinggi pada anak? 
  • Apakah Bunda lebih fokus menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk pekerjaan dibandingkan untuk Si Anak?
  • Apakah Bunda sering pulang terlambat dan hanya punya sedikit waktu kebersamaan dengan anak?
  • Apakah Bunda terlalu serius saat berbicara dengan anak, dan Bunda tidak pernah becanda untuk anak?
  • Seberapa sering Bunda menyatakan cinta atau sayang pada Si Kecil?
  • Apakah Bunda sering meluangkan waktu bersenang-senang bersama anak?
  • Apakah ada sesuatu hal yang membuat anak khawatir atau takut terhadap Bunda?
  • Apakah Bunda bersikap kaku ataupun berusaha mendapatkan perhatian anak dengan cara kasar?
  • Apakah Bunda sering memaksa anak untuk mengikuti Bunda padahal sebenarnya ia tidak menginginkannya?
Hal-hal diatas adalah faktor yang menjadikan seorang anak menyukai seseorang. Orangtua harus tahu apa saja yang menjadi kebutuhan dan keinginan anak, hal terpenting adalah menyediakan space waktu yang cukup kebersamaan dengan anak, pastikan orangtua dan anak punya momen quality time setiap hari. Saat bersama anak di rumah, jangan hanya sibuk dengan kegiatan sendiri dan membiarkan anak menghabiskan waktunya sendiri. Optimalkan waktu kebersamaan dengan anak untuk membentuk bonding (ikatan batin) antara orangtua dan anak.
Jika ingin dicintai anak, selain mengurus makan dan belajar anak, sediakan juga waktu untuk bermain dan bercerita bersama anak. Seimbangkan waktu yang dimilki dengan bijak, sehingga orangtua memiliki cukup waktu untuk bekerja maupun bermain bersama anak. Orangtua harus luwes dan bijak dalam menghadapi tingkah Si Kecil, dimana ada waktunya menerapkan disiplin dan ada waktunya memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan apa yang ia mau.
Ingat… hubungan yang paling ideal adalah anak bisa dekat dengan ayah maupun ibunya karena ini berkaitan dengan tumbuh kembang anak yang optimal, sehingga nantinya anak akan lebih mudah untuk meraih prestasi akademis di sekolah dan lebih mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya berada. Ibu dan Ayah harus bisa bekerja sama dalam mengasuh dan mendidik anak.