Trauma bisa dalam bentuk permasalan fisik dan psikologis, yang sebenarnya keduanya saling terkait.
Photo: https://www.af.mil/News/Article-Display/Article/125353/kabul-airman-brings-gifts-smiles-to-local-children/
Trauma akan menimbulkan dampak psikologis yang parah. Terjadinya trauma pada anak bisa disebabkan oleh:
- Kasus bulying.
- Mengalami kekerasan fisik.
- Mengalami kekerasan s*ksual.
- Mengalami bancana alam yang dahsyat.
- Lainnya.
Bahayanya jika anak terus dihantui rasa trauma yaitu dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini nantinya akan sangat terasa ketika anak kelak sudah dewasa.
Gejala trauma pada anak, yaitu:
- Anak susah tidur.
- Muncul rasa ketidakpercayaan diri pada anak.
- Anak mulai menutup diri dan tidak mau bergaul dengan teman-teman sebayanya.
- Anak mulai tidak percaya kepada orang dewasa (seperti orang tua, paman, bibi, dll)
- Anak menarik diri dari aktivitas yang sebelumnya disukainya.
- Anak sulit untuk dihibur (sering muram atau cemberut).
- Anak mengalami ledakan emosi yang sulit dikontrolnya, atau sebaliknya yaitu anak mengalami kekosongan emosi.
Pada balita (atau anak di bawah usia 5 tahun) yang mengalami trauma, gejala yang biasanya ditimbulkan yaitu ketakutan, sering terlihat gemetaran, menangis atau berteriak (secara tidak wajar atau tanpa penyebab), terlalu pendiam.
Pada anak berusia 6-12 tahun yang mengalami tramua, gejalanya yaitu sangat pendiam, mengisolasi diri, mudah marah (sensitif), gangguan tidur.
Reaksi anak terhadap trauma bisa terlihat secara langsung ataupun suatu saat nanti akan terlihat. Selain itu, keparahan trauma juga bertingkat-tingkat.
Anak yang memiliki masalah gangguan mental, dimana pernah mengalami trauma, dan tidak mendapatkan support dari lingkungan, maka beresiko tinggi mengalami dampak trauma yang parah.
Menanggulangi Trauma pada Anak
Mengatasi trauma pada anak sangatlah penting, sehingga orang tua dituntut untuk perhatian pada anak. Ajaklah anak untuk melakukan hal-hal rutin bersama seperti menonton TV, makan, bermain sesuatu, dll. Hal ini nantinya membuat anak merasa lebih nyaman, aman dan merasa diperhatikan oleh orang tuanya.
Trauma pada anak menjadikan orang tua harus menyediakan waktu lebih banyak untuk menemani anak. Selain itu, hindarkan berbagai hal yang bisa memicu kambuhnya rasa trauma anak.
Dengarkan cerita anak dan pahami perasaan mereka, ucapkanlah perkataan yang mudah dimengerti anak dan gunakan kata-kata yang membuat anak nyaman, serta jangan ucapkan sesuatu yang membuat anak takut.
Dengarkan Anak
Ketika anak berbicara maka dengarkan dengan seksama, hindari menyela, suka menyalahkan ataupun tidak menghargai perkataan anak.
Dengarkan apa yang diungkapkan anak Anda untuk menggali informasi, sehingga Anda bisa mengetahui kondisi anak secara akurat. Hal ini penting agar orang tua bisa memberikan terapi dan sikap yang tepat pada anak.
Kemampuan orang tua dalam mendengarkan sangatlah penting dalam mengatasi trauma anak. Berikan perhatian penuh pada anak, hindari menghakimi atau mengecilkan perkataan anak, betapapun konyol dan tidak logisnya perkataan anak.
Yakinkan Anak
Kejadian buruk tertentu akan menimbulkan rasa tidak aman pada anak. Sehingga sangat penting agar orang tua meyakinkan anak bahwa keadaan akan membaik.
Tumbuhkan rasa percaya anak pada orang tuanya. Dengan begitu, sangat penting agar orang tua (terutama Ibu) selalu dekat dengan anaknya.
Selain itu, orang tua perlu mendorong anak untuk mengungkapkan perasaannya. Hal ini penting agar orang tua bisa mengetahui kondisi pemahaman anak terhadap kejadian yang dilaluinya.
Orang tua harus membuat anak senyaman mungkin, sehingga anak mau terbuka untuk menceritakan tentang segala kondisinya.
Dengan mengetahui kondisi anak secara akurat, sehingga orang tua bisa lebih mudah untuk meluruskan segala salah pengertian yang ada di benak anak.
Pastikan Anak Mendapatkan Kasih Sayang yang Cukup
Jika anak merasakan kelembutan dan kasih sayang dari orang tuanya, maka rasa trauma anak nantinya secara perlahan akan memudar.
Hal inilah yang menjadikan anak-anak yang pernah mengalami trauma membutuhkan perhatian khusus dari orang di sekelilingnya.
Sediakan waktu untuk membangun ikatan secara emosional dengan anak. Selain itu buatlah jadwal rutinitas keseharian anak, hal ini untuk membantu anak dalam melewati rasa traumanya dengan cara kembali pada rutinitasnya sehari hari.
Biarkan Anak Menangis (Jangan Dipaksa Berhenti)
Ketika anak mengalami kejadian yang tidak mengenakan menurutnya, maka reaksi pertama yang dilakukan anak adalah menangis.
Penting diketahui oleh para bunda, menangis merupakan cara anak menyalurkan emosinya untuk menenangkan gejolak yang ada di dalam hatinya.
Sehingga orang tua hendaknya membiarkan anak menangis beberapa saat, sehingga nantinya emosinya mereda dan hatinya mulai tenang.
Dengan begitu, orang tua tidak perlu memaksa anak berhenti menangis. Dalam kondisi tertentu, menangis bisa menjadi hal yang sangat baik (khususnya pada anak-anak).
Menangis ternyata juga dapat mengurangi ketakutan yang dialami anak.
Memberi Hal yang Disenangi Anak
Untuk memperbaiki mental anak yang mengalami trauma, selain memberikan dukungan dan motivasi pada anak serta menemani anak. Cara efektif lainnya untuk mengatasi trauma anak yaitu dengan memberikan hadiah atau hal yang disenangi anak.
Dengan memberikan hiburan dan rasa senang pada anak, maka hal ini membantu anak untuk melupakan kejadian atau trauma yang pernah dialaminya.
Sebagai penutup, ingatlah beberapa point utama yang perlu dilakukan orang tua: (dalam mengatasi trauma anak)
- Kasih sayang dan waktu berkualitas untuk anak
- Rasa aman dan nyaman pada anak
- Buatlah anak senang dengan cara memberinya hadiah.