Jika anak sejak dini sudah ditanamkan nilai toleransi, maka anak hingga masa dewasanya mampu untuk menghormati setiap perbedaan.
Orangtua dan Anak | Photo credit: Gettyimages.com / mammamaart
Orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Anak akan meniru apa yang orang tuanya lakukan. Jika orang tua suka menampakan sikap arogan, suka mencela, meredahkan orang lain, dll, maka anak akan mencontohnya.
Selain itu, hati-hati dalam berbicara mengenai topik yang besar, seperti tentang ras, asal suku, warna kulit, kelompok/golongan tertentu, dan agama.
Hindari berbicara negatif (walaupun sekedar bercanda) tentang topik-topik tersebut (agama, ras, suku, warna kulit, dll).
Contoh real yang sering terjadi di masyarakat, yaitu berkata negatif tentang warna kulit yang gelap (walaupun itu sekedar becanda). Tapi harus diingat, anak melihat yang dilakukan orang tuanya dan akan mencontohnya.
Ajarkan anak untuk tidak membedakan memilih teman berdasarkan warna kulitnya, kaya/miskinnya, asal daerahnya, dll. Jelaskan pada anak dalam memilih teman, pilihnya yang baik akhlaknya, sopan satun, tidak suka berkata kotor/kasar, rajin dan suka bekerja sama.
Edukasi anak bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dimusuhi, justru setiap perbedaan yang ada pada orang lain perlu dihargai.
Jika zaman dahulu sekolah sering terjadi bullying pada anak yang berbeda sendiri. Zaman sekarang hal seperti itu sudah tidak boleh lagi.
Bahkan yang lebih aneh lagi, zaman dulu seringkali seseorang terkena bullying karena dirinya rajin dan pintar. Ini sangat MEMALUKAN, saat sekelas hampir semuanya isinya murid-murid yang malas, sehingga membully seorang murid yang rajin dan pintar yang kebetulan belajar di kelas tersebut.
Toleransi perlu diterapkan pada banyak hal, tidak hanya tentang menghargai orang lain yang berbeda ras/suku/kelompok/agama, tapi juga menghargai pendapat orang lain yang berbeda dan hal-hal lainnnya yang sering menjadi problematika di masyarakat.
Ini sangat penting agar kehidupan sosial masyarakat berjalan dengan baik. Ajarkan anak untuk memaklumi perbedaan, serta latih anak agar bisa menahan diri dari berkomentar sesuatu yang tidak perlu.
Dapat dikatakan toleransi itu sebagai sikap saling menghormati perbedaan, memaklumi perbedaan budaya (culture), menghapuskan stereotip yang tidak adil, yang intinya menjaga kondisi damai di tengah perbedaan yang ada.
Jadilah orangtua yang baik, jangan sampai menjadikan perbedaan sebagai bahan lelucon. Anak meniru apa yang orangtuanya lakukan.
Toleransi juga bermakna tentang menghormati orang lain atau pihak lain. Perlakukan anak dengan hormat, maka anak sudah mendapatkan contoh langsung caranya menghormati orang lain.
Mengajari anak caranya memperlakukan orang lain hendaknya dengan cara praktek langsung. Cara praktek lebih efektif daripada sekedar teori.
Jika anak diperlakukan dengan baik, maka anak pun akan seperti itu juga dalam memperlakukan orang lain.
Hindari tindakan mencela kebudayaan lain, baik itu kebudayaan daerah maupun kebudayaan yang berasal dari luar negeri seperti arab, eropa, cina, jepang, korea, dll. Jelaskan kepada anak bahwa kita harus menghormati budaya orang lain.
Ajarkan anak untuk menyayangi sesama. Salah satu kunci keberhasilan dalam membangun sikap toleransi dalam diri anak adalah dengan mengajarkan anak untuk menyayangi sesama.
Tanamkan dalam diri anak sejak dini bahwa sifat saling menyayangi dan menghargai adalah sifat yang sangat terpuji.
Anak akan merasa dihargai dan mempraktekan hal baik tersebut di lingkungannya. Anak tidak segan untuk minta maaf saat bersalah, menghargai orang lain dan suka berbuat baik. Dengan begitu, anak akan lebih terhindar dari sikap buruk intoleran.
Bangun prinsip hidup dan rasa percaya diri anak. Anak yang memandang positif dirinya umumnya akan memandang positif orang lain, serta lebih terbuka terhadap perbedaan. Itu karena anak sudah merasa nyaman dengan dirinya. Anak juga berhati-hati dari mengomentari hal yang tidak perlu, khususnya mengenai orang lain.