Dampak Positif Anak Bermain Game, Tapi Jangan Sampai Kecanduan – Umumnya orangtua meyakini video game berdampak buruk untuk anak-anak mereka, masalah paling umum yang dikhawatirkan para orangtua yaitu anak kecanduan game. Kecanduan game membuat anak sulit fokus pada aktivitas lain, ini berbahaya. Hanya saja sulit melarang anak bermain game, apalagi di masa sekarang anak kecil sudah banyak yang memiliki smatphone.
Jika anak meminta bermain video games di smartphone, jangan langsung menolaknya karena biasanya anak bakal ngambek dan mengamuk. Bermain video game juga bisa berdampak positif, hanya saja orangtua perlu aktif mengarahkan aktivitas anak, sehingga mencegah anak bermain game seharian.
Bermain Video Game. Photo credit: stock.adobe.com|By DenisNata
Video games merupakan salah satu hiburan yang paling umum dicari, bisa itu game berbasis konsol seperti PlayStation maupun game di smarthone, tablet ataupun PC. Jangan merasa menjadi orangtua gagal jika anak suka video games, Anda hanya perlu aktif memantau kondisi anak.
Jika Anda khawatir video games yang dapat memicu kecanduan atau memperlihatkan kekerasan, sebenarnya bisa disiasati dengan moderasi dan aturan yang disepakati. Oleh karena itu, KEDEKATAN dan KOMUNIKASI yang rutin antara orangtua dan anak adalah hal yang sangat penting.
Permainan di dalam video games sebenarnya bisa mengajarkan beberapa life skill bagi anak, serta melatih anak untuk menghadapi tantangan. Para ahli menjelaskan bahwa video games dapat memberi anak-anak perasaan untuk berkompetensi, aktif dan otonomi yang benar-benar meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Jadi bermain game tidak bisa dibilang buang-buang waktu, kecuali jika dilakukan secara berlebihan dan sudah sampai tahap kecanduan yang mengganggu pikiran hingga aktivitas harian. Dengan begitu anak boleh-boleh saja bermain game, tapi jangan sampai berpengaruh buruk terhadap aktivitas belajar dan kesehatannya.
Beberapa video game berisi konten permainan yang mengajarkan anak keterampilan, pemecahan masalah, melatih pengambilan keputusan yang tepat, melatih berhitung sederhana dalam waktu singkat, menimbang risiko dan keuntungan, hingga belajar menerima kekalahan.
Sebuah penelitian di Eropa dengan mensurvei para orangtua dari 3.000 anak usia sekitar 10 tahun, menemukan bahwa anak-anak yang bermain video game selama lima jam per minggu (40-50 menit per hari) memiliki kecerdasan intelektual yang lebih baik, serta tidak diketahui berpengaruh buruk secara signifikan terhadap akademik anak.
Bermain video games menghadirkan manfaat kecerdasan bagi anak. Para ahli menjelaskan, saat bermain game otak anak akan berkonsentrasi penuh sehingga merangsang neurotransmitter dopamin untuk menguatkan fungsi otak. Bermain video games butuh keterampilan, konsentrasi, perhitungan dan kemampuan berpikir abstrak. Bermain game dapat melatih beberapa hal, seperti:
- Melatih motorik halus, koordinasi tangan dan mata, serta kemampuan spasial.
- Melatih problem solving dan logika.
- Melatih strategi dan antisipasi.
- Mempelajari intruksi dan mengikutinya.
- Belajar membuat rencana.
- Melatih untuk berpikir cepat, membuat analisa dan pengambilan keputusan.
- Melatih konsentrasi.
- Belajar untuk menghadapi tantangan dan keberanian mengambil risiko.
Bermain game juga dapat mengenalkan anak pada teknologi serta sebagai sarana belajar sambil bermain yang seru, dimana cukup banyak game yang dikembangan dan didesain dengan nilai-nilai edukasi. Bermain game juga dapat mengasah kreativitas anak serta dapat merangsang otak anak untuk berpikir.
Bermain game dapat meningkatkan rasa percaya diri, dimana saat anak bermain game akan dibebankan dengan tanggung jawab dan membuat keputusan tanpa bantuan orang lain. Selain itu anak juga dilatih untuk mengendalikan emosi dan dirinya sendiri, dimana saat bermain game biasanya akan muncul rintangan dan anak bakal dilatih untuk tidak mudah cemas dan tetap tenang untuk menghadapi permasalahan.
Manfaat tersebut bisa diperoleh jika anak bermain game dengan ‘takaran’ yang tepat atau tidak berlebihan. Adapun jika anak sampai kecanduan game, maka bukan manfaat yang diperoleh melainkan dampak buruk berupa gangguan kesehatan mental maupun fisik.
Tips Mencegah Kecanduan Game pada Anak
Orangtua boleh-boleh saja khawatir jika video games bisa membuat anak menjadi bodoh dan membuang-buang waktu, karena memang jika tidak bijak aktivitas bermain game dapat menjadi BENCANA. Banyak anak-anak dan remaja yang sudah sampai tahap kecanduan video games terkena berbagai masalah serius seperti:
- Masalah kesehatan fisik.
- Gangguan mental.
- Gangguan kehidupan sosial.
- Prestasi akademik menurun drastis.
- Kehilangkan kemampuan mengontol diri karena pikirannya setiap waktu hanya ingin bermain game saja.
- Memiliki perilaku yang cenderung kurang baik.
- Kesulitan bersosialisasi dan rentan merasa kesepian.
- Gangguan tidur dan obesitas.
Oleh karena itu disamping manfaatnya -para ahli menjelaskan bahwa video game dapat melatih anak membangun logika, planing dan matematika- hendaknya
orangtua tetap harus berhati-hati agar jangan sampai anak kecanduan video games. Buatlah aturan jelas terhadap anak yang ingin bermain video game.
Dimana aturan harus disepakati dan diketahui oleh kedua belah pihak, sehingga anak nantinya konsisten untuk mengikuti aturan. Misalnya, bermain game setelah tugas rumah/sekolah dan kewajiban lainnya diselesaikan.
Jika anak Anda suka bermain game, alih-alih melarang anak secara keras, lebih baik mengajarkan anak disiplin. Dengan menanamkan rasa disiplin dan tanggung jawab pada anak sejak dini, sehingga anak bermain game tanpa melalaikan kewajibannya. Anak sejak dini juga harus diajarkan caranya mengatur waktu.
Selain itu, sebelum membeli atau download suatu game perhatikan nilai peringkat dari Entertainment Software Rating Board, jangan sampai anak memainkan game yang bukan untuk usianya. Lihat juga ulasan dari para pemainnya, sehingga Anda bisa melihat gambaran tentang game yang dimainkan anak. Atau mungkin Anda bisa mencobanya dahulu sebelum anak memainkannya, hal seperti ini penting agar jangan sampai kecolongan seperti terdapat konten yang tidak layak untuk anak di dalam game.
Beberapa hal lain yang penting diketahui para orangtua:
- Pastikan orangtua berkomunikasi dengan anak tentang batasan lama waktu bermain game.
- Sesekali perhatikan kondisi anak yang sedang bermain game, jangan cuek.
- Pastikan anak memiliki aktivitas lain yang menyenangkan sehingga tercegah dari kecanduan game. Misalnya mengajak anak melakukan aktivitas tertentu, mencarikan hobi untuk anak, dll.
- Jangan sampai anak melewatkan waktu makan, belajar dan mandi karena bermain game.
- Jelaskan pada anak bahwa kehidupan nyata lebih penting dibanding game, bilang ke anak bahwa game hanyalah hiburan, dan bukan pusat kehidupannya. Sering-seringlah menyadarkan anak bahwa game hanyalah hiburan belaka.
- Sesekali ajaklah anak berdiskusi tentang masa depannya, sehingga anak yakin sepenuhnya bahwa game hanyalah hiburan bekala, bukan tujuan hidupnya.
- Tetapkan waktu bermain yang wajar, misalnya bermain satu jam pada saat hari sekolah, serta 2-3 jam pada saat hari libur.
- Perbolehkan anak bermain game saat siang atau sore hari, adapun saat malam hari seharusnya melakukan aktivitas berkumpul dan mengobrol bersama keluarga.
- Usahakan anak bermain game di tempat yang terlihat, sehingga letakkan komputer di tempat seperti ruang tamu. Jika anak bermain di smartphone, bilang kepadanya untuk bermain di ruang tamu.
- Orangtua juga harus berkaca, hal itu karena anak-anak biasanya meniru orangtuanya. Orangtua harus bertanya pada diri sendiri tentang seberapa lama dirinya menghabiskan waktu dengan gadget? Anak akan mencontoh orangtuanya.
Hindari game online yang banyak menghabiskan waktu. Tidak semua game online itu buruk, tapi terdapat beberapa game online melibatkan banyak pemain dalam waktu realtime sehingga membuat anak tenggelam dalam permainan, dimana pembuat game akan ‘memaksa’ anak untuk mencari berbagai hal yang dibutuhkan dalam permainan (seperti item, barang dan semacamnya) tanpa berkesudahan. Selain itu anak juga ‘dijebak’ untuk menyelesaikan misi permainan dalam waktu bermain yang sangat lama, sehingga akhirnya anak dipaksa untuk berjam-jam bermain tanpa henti.