Namanya anak balita pasti memiliki ‘hobby’ membuat rumah menjadi berantakan.
Memang merepotkan, tapi biarkan anak bereksplorasi dan memenuhi rasa penasarannya, karena ini merupakan bagian dari proses tumbuh-kembang anak yang sangat penting.
Bahkan seorang anak sejak bayinya sudah mulai belajar berinteraksi dengan lingkungannya. Saat bayi menangis, bunda tentunya akan menghampiri si bayi untuk melihat apakah popoknya basah atau ada hal lainnya, jika popoknya basah maka akan diganti. Dari hal seperti ini, bayi akan mulai memahami bahwa ia bisa melakukan sesuatu untuk memperoleh apa yang diinginkannya.
Saat usia menuju 4 bulan, bayi sudah mulai mengembangkan keterampilan fisik dan emosi-sosialnya. Saat Bunda memberikan puting susu maka bayi bisa membuka mulutnya dengan benar untuk minum.
Menuju usia 8 bulan, bayi mulai memahami sebab-akibat. Contohnya, bayi akan tertawa senang saat seseorang menggodanya.
Menuju usia 12 bulan, tingkat pemahaman bayi akan meningkat. Bayi suka melempar atau menelantarkan mainannya karena tahu Bunda akan mengambilkannya nanti.
Setelah usia 1 tahun, anak mulai bisa mengenali sebuah benda, walaupun benda itu tidak lagi ada di depannya. Selain itu, keterampilan berbahasa anak mulai terlihat.
Hendaknya Bunda memiliki banyak waktu untuk mengajaknya mengobrol, hal ini penting untuk mengeksplorasi keterampilan bahasanya. Kemampuan anak akan meningkat dalam menerima, menyimpan dan mengolah informasi yang diterimanya. Kemampuan seperti ini merupakan aspek penting dalam berlogika.
Saat anak sudah mencapai 2 tahun, maka rasa ingin tahu akan dunia sekelilingnya menjadi sangat besar. Pada masa ini daya nalarnya berkembang pesat.
Bahkan saat usia 3 tahun, biasanya nalar anak sudah mulai terbangun saat diajak ngobrol atau bermain bersama.
Demikian seterusnya hingga anak mencapai masa balita. Terkadang balita asyik mengamati mainan yang dipegangnya, bahkan dalam waktu cukup lama dia seperti tidak bisa lepas dari benda itu, itu artinya sebuah proses berpikir sedang terjadi di benaknya.
Ayah dan Anak | Photo credit: Shutterstock.com / By George Rudy
Cara Melatih Nalar Anak Usia 5-10 Tahun
1. Saat anak menuangkan air. Ajaklah anak berdiskusi bahwa bentuk air bisa berubah jika diletakkan di wadah (gelas) berbeda.
2. Ajaklah anak ke kebun. Disana anak akan melihat berbagai jenis tanaman dan bunga. Jelaskan juga kepada anak tentang proses pertumbuhan tanaman dari awalnya hingga akhirnya berbunga atau berbuah.
3. Berlatih mencocokkan sesuatu, ini berguna untuk meningkatkan kemampuan mengenali dan membandingkan visual. Minta anak untuk menemukan sebanyak mungkin benda di sekeliling yang berwarna biru (atau warna-warna lainnya seperti hijau, merah, putih, hitam, dll). Bisa juga meminta anak melihat bajunya sendiri, lalu temukan benda yang sesuai dengan warna bajunya.
4. Permainan mencocokkan kata dengan gambar. Permainan ini melatih pikiran untuk memperkuat hubungan antara gambar dan kata yang tertulis di kartu. Sebenanya sudah banyak dijual kartu belajar (flashcard) yang dirancang untuk latihan ini. Atau bisa juga membuatnya sendiri.
5. Sebutkan sebuah huruf, lalu minta anak untuk mencari benda-benda yang dimulai dengan huruf tersebut.
6. Bermain jigsaw puzzle, yaitu permainan membentuk potongan-potongan gambar, anak akan bermain untuk menyesuaikan bentuk puzzle. Bermain jigsaw puzzle dapat:
- Memperkuat ingatan jangka pendek.
- Melatih kemampuan memecahkan masalah.
- Melatih kordinasi mata dan tangan.
- Meningkatkan keterampilan spasial otak.
- Mengembangkan keterampilan kognitif.
- Problem solving.
- Melatih kesabaran.
- Mengembangkan keterampilan motorik.
Jigsaw Puzzle | Photo credit: Flipkart.com
7. Jika anak memasuki masa SD, maka anak sudah harus diajarkan untuk fokus atau berkonsentrasi, ini penting untuk proses belajarnya di sekolah. Saat anak sedang belajar di rumah, maka minimalisir gangguan suara bising seperti TV, perangkat elektronik dan apa saja yang mengakibatkan anak sulit berkonsentrasi.
8. Tanyakan pertanyaan pada anak dengan awalan “bagaimana” dan “mengapa”, ini akan merangsang nalar dan daya pikir anak daripada sekadar membuat pertanyaan yang jawabannya hanya “ya/tidak”.
9. Permainan traadisional bisa menstimulus kecerdasan logika anak. Misalnya ajak anak bermain congklak, dalam permainan ini anak ditantang harus bisa membagi bijinya agar semua lubang terisi. Kekalahan (pergantian giliran) terjadi jika ada lubang yang kosong.
Bermain congklak melatih kemampuan berhitung dan memperkirakan secara tepat jatuhnya biji terakhir (agar tidak kalah).
10. Minta anak mengarang (bercerita) tentang sesuatu. Sebutkan satu hal, misalnya: ‘BUKU’, berikan anak tantangan untuk menceritakan 3 hal tentang ‘BUKU’.
Awalnya mungkin anak kebingungan, orangtua bisa membantu dengan memancing melalui pertanyaan, misalnya “buku digunakan untuk apa?”, “buku terbuat dari apa?”, dst.
Kegiatan mengarang, menjelaskan atau bercerita dapat menstimulasi daya nalar anak. Lakukan stimulasi ini dengan suasana yang menyenangkan. Jangan lupa memberikan pujian atau reward kepada anak saat dirinya berhasil menjelaskan dengan baik.
11. Miliki waktu untuk melakukan diskusi dengan anak, usahakan setiap hari. Terbiasa berdiskusi menjadikan anak akan mendengar dan berusaha memahami maksud dari setiap ucapan dari lawan bicara. Terbiasa berkomunikasi akan melatih kemampuan berpikir logis anak. Ada sangat banyak topik diskusi yang sebenarnya bisa dipilih.
12. Ajak anak berpetualang di tempat wisata alam (seperti kawasan agrowisata), ada banyak hal yang bisa dipejalari disana yang dapat melatih kemampuan berpikir dan logika anak.
Agrowisata Basanta Agro Organic | Photo credit: Deskgram.net
13. Jika anak ingin bermain game, maka berikan permainan edukatif untuk anak. Game edukatif dapat merangsang perkembangan otak dan menjalin hubungan saraf baru.
Contoh game edukatif seperti teka-teki, puzzle dan lainnya. Jangan pernah memberikan game yang bersifat adiktif pada anak karena akan membuat kecanduan dan tidak ada unsur edukasinya.
14. Hal lainnya yang harus diketahui agar nalar anak berkembang dengan baik:
- Buat suasana keluarga yang hangat dan harmonis. Penelitian menyebutkan bahwa keluarga yang harmonis berpengaruh besar dalam perkembangan fungsi kognitif anak. Adapun anak-anak yang punya orangtua kasar beresiko mengalami gangguan kognitif dan daya pikir.
- Pastikan tidur anak berkualitas. Jangan sampai anak tidur larut malam.
- Cegah timbulnya stres pada anak. Penelitian menemukan anak-anak yang merasa stres memiliki skor rendah dalam ujian yang melibatkan kecepatan memori dan fokus.
- Ajak anak agar rutin berolahraga. Olahraga bermanfaat terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk fungsi otak.
- Pastikan anak sarapan sehat setiap hari. Anak-anak yang sarapan pagi memiliki memori yang tajam dan punya tingkat kewaspadaan lebih tinggi daripada anak-anak yang melewatkan sarapan pagi.
- Sediakan juga cemilan sehat yang mengandung buah dan sayuran untuk anak. Hindari cemilan berkalori tinggi.
- Buat kondisi rumah rapi, dan jangan sampai rumah terlalu penuh sesak, berantakan dan sempit dengan barang-barang yang menumpuk. Penelitian menunjukkan keadaan rumah yang berantakan berdampak buruk pada fungsi intelektual anak.
- Adapun anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang rapi memiliki daya pikir yang lebih cemerlang dan fokus.
- Terapkan kultur keluarga yang terbuka, tidak mengapa anak mengeluarkan argumen (berdebat) jika dirinya tidak sependapat dengan orangtuanya.
- Hindari menjadi orangtua yang otoriter, keras, kaku dan tidak mau menerima masukan dari anak. Bentuk orangtua seperti ini menyebabkan daya pikir dan nalar anak sulit berkembang.
- Jauhkan anak dari tayangan-tayangan ‘alay’.
- Berikan anak tayangan yang merangsang daya pikir dan punya nilai edukasi (misalnya film dokumenter national geographic).
Kemampuan nalar anak perlu dilatih, ini berguna agar anak bisa memahami masalah dengan baik, bisa membuat rencana, ataupun bisa menganalisa pendapat orang lain.