Cara Mendidik Anak Agar Disiplin Secara Efektif & Tanpa Kekerasan

Anak perlu diajarkan nilai-nilai displin sejak dini, yang tentunya sesuai dengan tahapan usia perkembangannya. Penerapan disiplin juga harus dilakukan secara konsisten, bukan sebuah nilai dsiplin jika tidak bisa dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus.
Pentingnya mengenalkan anak sejak dini pada nilai kedisiplinan agar nantinya Si Anak saat usia sekolah tidak lagi kaget dengan berbagai aturan di sekolahnya, ia juga bisa lebih mudah menghadapi hari pertamanya di sekolah, dalam jangka panjang anak dapat lebih mampu menjalankan pola hidup disiplin di usia sekolah, kuliah maupun dewasanya kelak.
 yang tentunya sesuai   dengan tahapan usia perkembangannya Cara Mendidik Anak Agar Disiplin Secara Efektif & Tanpa Kekerasan

Photo credit: dreamstime.com|© Syda Productions

Dalam pengajaran sikap disiplin kepada anak, bukan berarti orangtua dilegalkan untuk melakukan cara kekerasan agar anak mau disiplin. Pada dasarnya bukanlah hal yang mudah memasukan nilai disiplin ke dalam diri anak karena menanamkan nilai disiplin bukan dengan cara instan dan paksaan. Sebagian orangtua ingin agar anaknya disiplin maka ditempuhlah cara-cara keras, ini sebuah kesalahan yang banyak sekali dilakukan oleh para orangtua.
Cara yang benar mengajarkan disiplin yaitu berdialog dengan anak dan memberikan pengertian tentang pentingnya kedisiplinan, sehingga yang seharusnya dilakukan adalah orangtua sering bersama anak di rumah, saat kebersamaan seperti itulah orangtua memberitahu anak tentang kewajiban dan berbagai manfaat dari kedisiplinan. Oleh karena itu, disiplin BUKANLAH sesuatu yang bisa dipelajari secara instan, maka disiplin harus ditanami pada anak sejak dini.
Tidak akan berhasil mengajarkan kedisiplinan secara instan dan paksaan, apalagi jika Si Anak selama ini tidak pernah dibiasakan disiplin, tidak tahu manfaat disiplin serta tidak pernah sekalipun dikenalkan dengan nilai-nilai disiplin, maka sungguh ironi jika orangtua secara tiba-tiba mengharuskan anak untuk disiplin hari ini juga, tentunya anak akan kaget dan tidak akan mampu.


Misalnya anak tidak terbiasa belajar di rumah karena selama ini orangtuanya cuek dan tidak pernah memperhatikan aktivitas belajarnya, jadinya anak hanya bermain gadget saja, apalagi di hari libur main gagdet dari pagi sampai malam. Tapi pada suatu hari dibuat peraturan bahwa anak harus belajar setiap jam 8 malam, tapi karena selama ini tidak terbiasa belajar di rumah maka anak pun kesulitan menjalankan aturan tersebut, alhasil anak sering dimarahi orangtuanya yang tidak sabaran, karena sering dimarahi maka anak pun memberontak pada orangtuanya.
Nah itulah contoh kesalahan dalam mengajarkan anak, yang hasilnya adalah kegagalan, bahkan hubungan orangtua dan anak menjadi renggang akibat orangtua yang tidak sabaran dan ‘berhalusinasi’ anak harus disiplin saat ini juga, padahal mengajarkan disiplin tidak bisa instan melainkan BUTUH PROSES yang panjang agar terbentuk sikap disiplin sedikit-demi-sedikit dalam diri anak. Atas hal inilah, pengenalan nilai-nilai disiplin dilakukan sejak dini karena prosesnya panjang.
Disiplin tidak mudah untuk dilakukan, apalagi jika selama ini tidak terbiasa disiplin. Saat orangtua mengajarkan disiplin, misalnya mengajari disiplin MENJAGA WAKTU, dimana kesalahan yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah lupa waktu, maka orangtua jangan pernah bosan mengingatkan anak terhadap kewajiban-kewajibannya, ingatkan dengan cara yang baik. Pokoknya jangan sampai anak terlena terus-terusan bermain sehingga lupa menjalankan tugsnya. Jika anak sudah melalaikan kewajibannya, maka kedepannya anak akan lebih sering melalaikan kewajiban-kewajibannya.
Dengan begitu dalam mengajarkan anak disiplin orangtua harus AKTIF. Selain itu latih kedisiplinan anak dengan memberikan tugas rumah harian yang tentu disesuaikan dengan usia anak, beberapa tugas yang bisa dibebankan pada anak yaitu membereskan tempat tidur, menyapu, mengepel, mencuci piring, menyiram tanaman, mengelap jendela dll. Mintalah anak untuk rutin mengerjakan tugasnya. Agar hubungan orangtua dan anak menjadi dekat, hendaknya tugas beres-beres rumah dilakukan bersama-sama antara orangtua dan anak.

Selain itu anak seharusnya dibiasakan untuk BANGUN PAGI karena anak yang sudah terbiasa bangun pagi dan tidur jam 9 malam biasanya lebih mudah untuk diajari disiplin. Sebuah kesalahan fatal jika orangtua membiarkan anak tidur diatas jam 10 malam, lebih parah lagi jika anak masih bermain gadget pada jam 12 malam.
Anak-anak yang sudah terbiasa bangun pagi biasanya bisa LEBIH DISIPLIN dalam menjaga waktunya, dibandingkan anak-anak yang tidur larut malam. Sikap disiplin ini sangat diperlukan agar anak dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, adapun anak yang tidak disiplin biasanya suka menunda-nuda mengerjakan PR, akibatnya anak sering dihukum oleh guru di sekolah karena tidak mengerjakan PR.
Anak yang disiplin juga biasanya punya jiwa yang lebih BERTANGGUNG JAWAB, ini tentu membuat orangtua bahagia karena anak bisa menjalani tugas-tugasnya dengan baik. Saat orangtua memberikan tugas pada anak, maka orangtua bisa tenang karena anak selama ini menjalankan kewajibannya dengan baik.
Hal yang sangat penting yaitu pastikan orangtua memberikan PENGHARGAAN. Saat anak berhasil menerapkan pola hidup disiplin, pastikan orangtua memberikan reward berupa pujian maupun hadiah. Pujilah anak saat ia berhasil disiplin, sehingga anak menyadari bahwa orangtuanya sangat senang saat dirinya disiplin. Apalagi jika anak diberikan hadiah maka semakin semangat untuk menjalankan hidup disiplin.
Membuat tabel waktu kegiatan juga dapat membantu anak untuk bisa disiplin. Tabel kegiatan harian anak dibuat dengan sederhana saja, beberapa kegiatannya misalnya Jam 06.00: Anak sarapan pagi, Jam 13.00: Anak makan siang, Jam 20.00: Anak belajar, dll.
Jangan menuliskan terlalu banyak kegiatan karena tabel akan terlihat memusingkan, cukup beberapa kegiatan penting saja, tabel ditulis di papan tulis ataupun di kertas yang ditempelkan di dinding. Nah saat anak berhasil menjalankan kegiatan sesuai waktu yang ditentukan, pastikan orangtua memuji anak dan kalau bisa berikan anak hadiah sehingga ia semakin semangat untuk disipin.

Loading…

Jangan menggunakan kekerasan dalam mengajarkan anak disiplin, yang seharusnya dilakukan orangtua yaitu berdialog dengan anak, tanamkan nilai-nilai disiplin dengan memberitahu anak tentang pentingnya disiplin dan tepat waktu. Ajarkan nilai disiplin pada anak sesuai dengan usianya, sehingga apa yang diajarkan orang tua akan efektif serta sesuai dengan tumbuh kembang dan kemampuan anak.
Misalnya pada balita, tentunya orangtua hanya akan mengajarkan hal-hal yang sederhana saja. Balita belajar dengan melihat apa yang dilakukan orang tuanya. Gunakan bahasa positif dalam membimbing balita, misalnya mengatakan “Saatnya duduk” lebih baik dibandingkan mengatakan “Jangan berdiri”. Kata, “tidak” diucapkan pada masalah yang paling penting saja, seperti keamanan.
Orangtua bisa menanamkan nilai-nilai disiplin pada Balita, hal pertama adalah memuji perilaku baik Si Balita, sehingga secara tidak langsung memberitahu Balita tentang prilaku apa saja yang disenangi orangtuaya. Jika balita melakukan sesuatu yang buruk maka jangan dimarahi, beritahukan dengan ucapan yang lemah lembut sehingga menjadi nasehat yang benar-benar berharga untuk Si Balita, orangtua juga perlu mencari strategi untuk mengalihkan Balita dari hal-hal yang buruk.
Ajari untuk tidak memukul atau melakukan perilaku agresif, anak perlu diarahkan untuk menggunakan cara konstruktif dan damai dalam menyelesaikan konflik, tanamkan dalam diri anak sejak dini bahwa tindakan kekerasan adalah hal yang harus dihindari. Jika anak memiliki teman yang suka memukul bahkan tantrum, maka carikan teman lain yang baik prilakunya untuk Si Anak, itu karena anak meniru prilaku teman-temannya, jika teman-temannya berprilaku buruk maka anak pun akan berprilaku buruk juga nantinya.


Secara konsisten orangtua mengarahkan anak untuk tidak melakukan cara kekerasan dalam menyelesaikan konflik. Berikan contoh baik, sebuah kesalahan jika orangtua suka marah, membentak bahkan memukul anak, karena Si Anak akan meniru orangtuanya.
Anak usia prasekolah mulai dikenalkan dengan disiplin waktu, selain juga disiplin dalam bersikap. Pada dasarnya anak-anak usia prasekolah masih berusaha memahami bagaimana segala sesuatu bekerja dan apa efek tindakan mereka. Si Anak dalam masa mempelajari perilaku yang sesuai, anak berusaha mengetahui apa saja yang menjadi batasan-batasan dari orangtuanya, apa saja yang masih dalam batas toleransi orangtuanya dan yang tidak. Sehingga anak-anak usia prasekolah sering salah dalam berprilaku, hal ini wajar karena mereka belum mengetahui, nah tugas orangtua adalah membimbing.
Berikan tugas-tugas sederhana, misalnya meminta anak membereskan mainannya atau perintah lainnya, tentunya tugas yang diberikan disesuaikan dengan usia anak, jika anak kebingungan dengan tugas yang diperintahkan maka berikan arahan sederhana langkah demi langkah. Selesai anak menjalankan tugasnya dengan baik, jangan lupa memberikan pujian atau hadiah.
Pada anak usia sekolah biasanya sudah bisa mengerti makna benar dan salah. Orangtua sudah mulai bisa memberitahu harapan keluarga terhadap anak, serta konsekuensi jika anak tidak memenuhinya dan melakukan prilaku buruk. Berikan anak tanggung jawab dan penghargaan secara seimbang. Kedisiplinan tentu sangat bagus, tapi hindari anak menerima hukuman fisik, baik itu dari orang tuanya sendiri maupun orang lain, serta termasuk guru-guru di sekolah tidak boleh melakukan tindak kekerasan.
Pada anak remaja biasanya sudah bisa mengambil keputusan dengan lebih mandiri. Jadilah orangtua yang supportif, yaitu menghargai keputusan anak dan mendukungnya, hanya saja orangtua tetap perlu mengarahkan anak dalam batas aman. Tunjukkan kasih sayang dan perhatian padanya, miliki waktu yang cukup untuk bersama anak. Setelah memiliki hubungan yang baik antara orangtua dan anak, maka barulah orangtua mengajarkan kedisiplinan, biasanya berhasil.


Kenalkan anak pada aturan dan konsekuensi, sebenarnya anak usia delapan tahun sudah bisa dikenalkan dengan aturan dan konsekuensi. Orangtua perlu mendengarkan pendapat anak saat menerapkan aturan, ingat mengajarkan disiplin secara efektif bukan dengan cara kediktatoran. Orangtua dan anak harus terbiasa berdiskusi dalam sehari-hari, berikan anak kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
Orangtua harus paham betul kondisi anak di dalam proses pengajaran disiplin, tindakan semena-mena orangtua bisa menyebabkan anak merasa dendam dan marah pada orangtuanya. Sangat penting menjaga harga diri anak dan tidak meninggalkan luka di hati anak, maka fokuslah pada persoalan dan jangan memberikan konsekuensi yang tidak ada kaitannya, misalnya anak dilarang menggunakan gadget selama 2 minggu atau anak tidak mendapat uang jajan seminggu. Sebagai orangtua harus pandai-pandai MENGATUR EMOSI sehingga jangan marah berlebih dan memberikan konsekuensi secara emosional, jika ingin menghukum maka berikan hukuman yang mendidik dan bisa menyadarkan anak pada kesalahannya.
Konsekuensi yang ditentukan harusnya wajar dan masuk akal, tujuan konsekuensi memberikan pengalaman bagi anak agar memperbaiki dirinya. Konsekuensi hanyalah sarana untuk mempertegas bahwa perilaku atau tindakan Si Anak keliru sehingga harus segera diperbaiki. Orangtua harus Ingat, konsekuensi bukanlah sarana untuk melampiaskan kemarahan. 
Saat menjalankan konsekuensi pastikan anak sudah memahami apa kesalahannya, dan setelah konsekuensi dijalankan maka orangtua jangan pernah mengungkit-ungkit kesalahan anak. Selain itu dalam memberikan konsekuensi, orangtua harus tetap menjaga harga diri anak sehingga jangan membentak, berkata kasar maupun menyindir anak. Juga jangan pernah menceritakan kesalahan anak kepada orang lain.
Buat aturan dan konsekuensi yang JELAS maka disiplin akan terbentuk dengan baik dalam diri anak. Ini seperti di jalan raya, dimana ada banyak aturan dan rambu-rambu seperti dilarang parkir dll yang bisa diketahui dengan jelas oleh setiap pengendara. Jika pengendara melanggar maka ada konsekuensinya yang jelas yaitu tilang atau denda, adapun Polisi tidak perlu memaki atau memukul pengendara yang melanggar, cukup memberikan konsekuensi akibat melanggar aturan lalu lintas.
Jaga harga diri anak, anak bisa disiplin karena kemauannya sendiri, orangtuanya sebenarnya hanya perlu memberikan teladan yang baik maka anak akan mencontohnya. Oleh karena itu orangtua harus menjadi IDOLA bagi anak-anaknya, berikan anak perhatian, kasih sayang dan jagalah harga diri anak.
Orangtua juga harus konsisten dalam menerapkan disiplin atau konsekuensi, saat anak melanggar aturan maka konsekuensi harus dijalankan. Penerapan konsekuensi secara konsisten membantu anak memahami bahwa ia harus disiplin serta menyadari apa yang dilakukannya telah salah. Jangan sampai penerapan aturan hanya setengah-setengah, tapi jangan juga terlalu sering memberikan konsekuensi, hindari memberikan konsekuensi berkali-kali dalam sehari. 
Agar pengajaran disiplin berjalan sukses, pastikan orangtua menjalin hubungan yang positif dengan anak setiap harinya. Memukul anak dan bertindak kasar bukanlah cara efektif untuk mendisiplinkan anak, justru dengan memberikan cinta, perhatian dan kasih sayang maka anak lebih mudah untuk diajari disiplin.